Di sisi lain, konsumsi beras nasional pada periode yang sama (Januari-September 2023) diperkirakan meningkat menjadi sekitar 22,89 juta ton. Data dari BPS menunjukkan angka ini lebih tinggi daripada konsumsi beras selama sembilan bulan pertama tahun 2022 yang mencapai 22,62 juta ton.
Khudori menyatakan, “Jika kita melihat dengan lebih rinci, neraca beras nasional (produksi dikurangi konsumsi bulanan) mulai mengalami defisit sejak bulan Juli, Agustus, dan September 2023. Diperkirakan defisit beras selama tiga bulan tersebut mencapai 420.000 ton, setelah mengalami surplus 4,35 juta ton selama lima bulan berturut-turut pada musim rendeng atau panen raya. Surplus tersebut terjadi karena hasil panen yang sangat baik pada bulan Maret dan April, dengan produksi gabah masing-masing sekitar 8,89 juta ton dan 6,24 juta ton GKG.”
Selanjutnya, faktor ketiga adalah pengaruh El Nino. Meskipun El Nino bukanlah hal baru, namun dampaknya pada sektor pertanian cukup signifikan karena pemberitaan dan eksposur yang luas.
“Beberapa pihak memperkirakan produksi padi akan turun sekitar 1,5 juta ton GKG. Bahkan ada yang memperkirakan penurunan produksi beras mencapai 5%. Jika prediksi terakhir ini terbukti benar, itu akan menjadi penurunan yang cukup besar,” ujarnya.
Faktor keempat adalah dinamika global yang tercermin dari kebijakan negara-negara eksportir beras yang cenderung restriktif, termasuk di antaranya India.
“Impor beras dari India akan terkena dampaknya. Meskipun sebagian besar impor beras dari India adalah beras patahan (broken rice), yang sebenarnya tidak akan secara langsung terpengaruh oleh kebijakan India. Namun sentimen ini telah menyebar ke berbagai lapisan masyarakat,” tambahnya.
Dengan demikian, rangkaian berbagai faktor tersebut diyakini oleh Khudori sebagai penyebab terus meningkatnya harga gabah atau beras.
Analisis Kenaikan Harga Gabah dan Beras: Faktor-Faktor Penyebab dan Dampaknya
Dalam rangka membahas kenaikan harga gabah dan beras yang signifikan, kita dapat menyimpulkan bahwa ada beberapa faktor utama yang memengaruhi tren ini. Musim tanam gadu yang mengakibatkan produksi gabah lebih rendah dibandingkan dengan musim panen raya adalah faktor internal yang signifikan.
Penurunan produksi ini berdampak pada ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, mendorong harga untuk naik. Pengaruh El Nino juga memberikan kontribusi dengan memicu penurunan produksi beras secara global. Selain itu, kebijakan restriktif dari negara-negara eksportir, terutama India, juga memiliki efek yang meluas.
Semua faktor ini bersama-sama menciptakan situasi yang menekan pasokan dan meningkatkan harga beras, yang pada gilirannya berdampak pada ekonomi dan kehidupan sehari-hari masyarakat. Dalam menghadapi tantangan ini, langkah-langkah strategis perlu diambil untuk menjaga ketersediaan beras nasional dan menjaga keseimbangan antara pasokan dan permintaan, sehingga harga dapat dikendalikan dengan lebih efektif.