Example floating
Example floating
BisnisEKONOMI

Krisis Daya Beli Kelas Menengah: Apa yang Harus Diketahui?

×

Krisis Daya Beli Kelas Menengah: Apa yang Harus Diketahui?

Sebarkan artikel ini
Krisis Daya Beli Kelas Menengah: Apa yang Harus Diketahui?
Krisis Daya Beli Kelas Menengah: Apa yang Harus Diketahui?
Example 468x60

MEMO

Pengusaha di Indonesia kini menghadapi tantangan serius akibat melemahnya daya beli kelas menengah yang berdampak signifikan pada perekonomian. Anggana Bunawan, Wakil Ketua Komite Tetap Kebijakan Fiskal & Publik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, mengungkapkan bahwa penurunan daya beli ini berimbas langsung pada konsumsi domestik, yang merupakan pilar utama pertumbuhan ekonomi negara. Dampak ini semakin diperburuk oleh lonjakan harga pangan dan suku bunga tinggi, serta ketidakpastian lapangan pekerjaan yang dihadapi kelas menengah.

Dampak Penurunan Daya Beli Kelas Menengah Terhadap Perekonomian Indonesia

Kalangan pengusaha di Indonesia kini semakin merasakan dampak dari melemahnya daya beli kelas menengah di tanah air. Banyak dari mereka mulai menyadari bahwa situasi ekonomi yang sulit dihadapi oleh kelas menengah saat ini berdampak signifikan pada dunia usaha.

Anggana Bunawan, Wakil Ketua Komite Tetap Kebijakan Fiskal & Publik Kamar Dagang dan Industri (Kadin) Indonesia, menekankan bahwa perhatian serius harus diberikan terhadap penurunan daya beli masyarakat. Pasalnya, dampak dari penurunan daya beli ini pasti berpengaruh pada keseluruhan perekonomian.

“Di Indonesia, konsumsi domestik merupakan salah satu pendorong pertumbuhan yang paling produktif, dan mayoritas konsumen berasal dari kelas menengah,” ujar Anggana pada Kamis, (1/8/2024).

Menurut Anggana, kelas menengah telah menghadapi berbagai tantangan sejak pandemi Covid-19, ditambah dengan masalah lainnya yang muncul belakangan ini. Kelas menengah, yang tidak mendapatkan bantuan sosial, mengalami dampak ekonomi yang cukup besar.

“Mereka kini semakin mengurangi simpanan mereka, yang menjadi indikasi bahwa mereka mulai mengurangi konsumsi,” jelas Anggana.

Beberapa faktor, baik eksternal maupun internal, turut mempengaruhi melemahnya daya beli masyarakat. Misalnya, lonjakan harga pangan domestik yang tinggi telah mengurangi kemampuan belanja kelompok ini. Ditambah dengan tingkat suku bunga yang tinggi, membuat biaya kredit semakin membebani mereka.

“Banyak orang yang mengambil kredit seringkali harus menghadapi revisi suku bunga, yang tentunya mengurangi kemampuan mereka untuk berbelanja,” tambahnya.

Selain itu, kelas menengah juga menghadapi kesulitan dalam mencari pekerjaan. Dengan banyaknya otomatisasi di berbagai sektor, mereka merasa kurang percaya diri dalam mencari pekerjaan yang lebih baik.

“Ada kekhawatiran mengenai keberlangsungan pekerjaan mereka, sehingga mereka cenderung lebih berhati-hati dalam pengeluaran,” imbuhnya.

Faktor-Faktor Penyebab Penurunan Daya Beli dan Implikasinya

Beberapa ekonom telah mencatat penurunan proporsi kelas menengah di Indonesia pasca pandemi Covid-19. Data dari Bank Mandiri menunjukkan bahwa pada tahun 2019, proporsi kelas menengah di Indonesia masih mencapai 21% dari total populasi. Namun, angka tersebut menurun menjadi 17% pada tahun 2023.

Seiring dengan penurunan jumlah kelas menengah, proporsi kelompok aspirasi kelas menengah (AMC) atau calon kelas menengah, serta kelas rentan, mengalami kenaikan. Pergeseran ini diduga disebabkan oleh banyaknya warga kelas menengah yang jatuh miskin akibat berbagai tantangan selama pandemi.

Dalam kesempatan yang sama, asosiasi pengusaha mal nasional juga menunjukkan perhatian terhadap melemahnya kondisi ekonomi kelas menengah. Asosiasi Pengelola Pusat Perbelanjaan Indonesia (APPBI) meminta pemerintah untuk menunda dua kebijakan yang dianggap kontradiktif dengan upaya penguatan daya beli masyarakat.

Kedua kebijakan tersebut adalah penerapan PPN sebesar 12% yang direncanakan mulai berlaku pada 2025 dan program Tabungan Perumahan Rakyat (Tapera) yang akan mulai berlaku pada 2027.

Ketua Umum APPBI, Alphonzus Widjaja, meyakini bahwa kedua kebijakan ini dapat berdampak negatif pada perekonomian Indonesia.

“Baik pengusaha maupun konsumen akan merasakan dampaknya. Kami meminta pemerintah untuk menghindari kebijakan yang berpotensi menurunkan daya beli masyarakat kelas menengah dan bawah,” tegas Alphonzus.

Penurunan Daya Beli Kelas Menengah dan Dampaknya pada Ekonomi Indonesia

Penurunan daya beli kelas menengah di Indonesia memicu kekhawatiran yang mendalam di kalangan pengusaha dan ekonom. Dengan proporsi kelas menengah yang menurun dari 21% pada 2019 menjadi 17% pada 2023, dampak terhadap konsumsi domestik dan ekonomi secara keseluruhan menjadi sangat signifikan. Kelas menengah, yang sebelumnya menjadi motor utama pertumbuhan ekonomi, kini mengalami kesulitan ekonomi yang mendalam.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.