Example floating
Example floating
Berita

Jokowi Copot Dua Menteri PDI-P, Apa Strategi Rahasianya?

×

Jokowi Copot Dua Menteri PDI-P, Apa Strategi Rahasianya?

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

 MEMO.CO.ID, JAKARTA – Presiden Joko Widodo kembali mengguncang panggung politik dengan mencopot dua menteri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P) pada 19 Agustus 2024. Tindakan ini menimbulkan spekulasi luas, terutama terkait strategi politik Jokowi dalam mempertahankan PDI-P tetap terlibat di pemerintahan tanpa sepenuhnya beralih menjadi oposisi. Langkah reshuffle ini memicu pertanyaan mengenai tujuan sesungguhnya dari keputusan Jokowi yang hanya mengganti sebagian kecil menteri PDI-P.

Reshuffle Kabinet: PDI-P Hanya Kehilangan Dua Menteri Kunci

Ray Rangkuti, Direktur Eksekutif Lingkar Madani (Lima) Indonesia, berpendapat bahwa Presiden Joko Widodo (Jokowi) sengaja tidak mengganti semua menteri dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDI-P). Pada Senin, 19 Agustus 2024, Jokowi hanya mengganti dua menteri dari PDI-P, yakni Yasonna Laoly, yang sebelumnya menjabat sebagai Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham), dan Arifin Tasrief, Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM). Posisi Yasonna kini dipegang oleh politikus Gerindra, Supratman Andi Agtas, sementara Bahlil Lahadalia menggantikan Arifin di posisi Menteri ESDM.

Mas Dhito Lanjutkan

Ray menegaskan bahwa keputusan Jokowi ini merupakan bagian dari strategi politik agar PDI-P tetap ragu-ragu dalam mengambil sikap oposisi. “Mengapa semua kursi menteri dari PDI-P tidak dilepaskan? Ini adalah strategi agar PDI-P tetap setengah hati untuk menjadi oposisi,” ujarnya pada Senin, 19 Agustus 2024.

Lebih lanjut, Ray juga mengungkapkan bahwa reshuffle besar-besaran bisa saja mengganggu stabilitas pemerintahan. Oleh karena itu, Jokowi memilih untuk tidak mengganti semua menteri dari PDI-P. Menurut Ray, pencopotan dua menteri ini justru bisa menguntungkan PDI-P karena akan memperkuat posisi partai tersebut sebagai pihak yang berseberangan dengan Jokowi. Dengan demikian, PDI-P dapat terhindar dari tuduhan bahwa mereka berkontribusi terhadap penurunan kualitas demokrasi selama masa pemerintahan Jokowi.

Baca Juga  Kawanan Rampok Minmarket di Kota Kediri Diringkus, Miris Ada Yang Bersenjata Air Soft Gun

Ray juga menyinggung soal pandangan bahwa Ketua Umum PDI-P, Megawati Soekarnoputri, tidak bisa “move on” dari perpisahan politik dengan Jokowi. Namun, pergantian ini justru menunjukkan bahwa Jokowi yang masih belum bisa melepaskan diri dari pengaruh PDI-P yang terus eksis dan bahkan berpotensi semakin kuat dalam pemilu mendatang.

Ray juga menilai, PDI-P bisa mendapatkan lebih banyak keuntungan jika mereka berani menarik semua kadernya dari Kabinet Indonesia Maju. “Jika tiga atau empat kursi kabinet yang masih diduduki kader PDI-P dikosongkan, maka PDI-P akan tampil semakin kuat dalam menghadapi Jokowi,” ujar Ray.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.