Example floating
Example floating
Berita

Investasi Smelter Nikel Terancam? Temukan Strategi Ampuh Menghadapinya Sekarang!

×

Investasi Smelter Nikel Terancam? Temukan Strategi Ampuh Menghadapinya Sekarang!

Sebarkan artikel ini
Investasi Smelter Nikel Terancam? Temukan Strategi Ampuh Menghadapinya Sekarang!
Investasi Smelter Nikel Terancam? Temukan Strategi Ampuh Menghadapinya Sekarang!
Example 468x60

MEMO

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) menggulirkan imbauan keras terkait investasi smelter nikel baru di Indonesia. Langkah ini dilakukan untuk menghadapi tantangan keberlanjutan cadangan nikel dan melindungi ketahanan sumber daya mineral.

Menteri ESDM, Arifin Tasrif, menekankan penekanan pada smelter nikel kelas dua yang menghasilkan feronikel (FeNi) dan Nickel Pig Iron (NPI). Meskipun tantangan tergambar dalam ketersediaan cadangan nikel, beberapa alih teknologi dan solusi terbuka muncul, mengindikasikan potensi untuk transformasi industri.

Tantangan Investasi Smelter Nikel di Indonesia dan Imbauan Kementerian ESDM

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) telah meminta dengan tegas agar tidak ada lagi investasi yang dilakukan untuk membangun pabrik peleburan nikel baru. Terutama, ini berlaku untuk pabrik peleburan nikel kelas dua yang menghasilkan produk feronikel (FeNi) dan Nickel Pig Iron (NPI).

Arifin Tasrif, Menteri ESDM, telah menyampaikan bahwa pihaknya sudah memberikan himbauan yang kuat agar tidak ada lagi investasi yang ditanamkan dalam pembangunan pabrik peleburan nikel baru yang menggunakan teknologi Rotary Kiln Electric Furnace (RKEF).

Hal ini khususnya berlaku untuk pabrik-pabrik yang menghasilkan produk olahan nikel kelas dua, seperti nickel pig iron (NPI) dan feronikel (FeNi).

“Dengan tegas sudah disampaikan himbauan tersebut. Saat ini, kami secara tegas menghimbau agar tidak ada lagi investasi yang dilakukan di sana,” kata Arifin saat diwawancarai di Gedung Kementerian ESDM pada hari Jumat (11/8/2023).

Sebelumnya, Rizal Kasli, Ketua Umum Perhimpunan Ahli Pertambangan (Perhapi), telah menyatakan bahwa pihaknya telah beberapa kali mengusulkan kepada pemerintah untuk memberlakukan moratorium terhadap pembangunan pabrik peleburan nikel, terutama jika belum ditemukan cadangan nikel baru yang dapat digunakan di Indonesia.

Kesimpulan Artikel: Peluang dan Tantangan Transformasi Industri Smelter Nikel di Indonesia

“Kami telah beberapa kali mengusulkan agar dilakukan moratorium terhadap pembangunan pabrik peleburan dengan metode pirometalurgi karena pengolahan nikel ore dengan kadar tinggi, yakni saprolit, sangat terbatas. Jika terus dilanjutkan tanpa henti, kami khawatir bahwa ketersediaan cadangan nikel bisa menjadi sangat rentan,” jelas Rizal kepada CNBC Indonesia dalam acara ‘Mining Zone’, yang dikutip pada hari Selasa (8/8/2023).

Rizal menjelaskan bahwa nikel itu sendiri dibagi menjadi dua jenis, yaitu nikel dengan kadar tinggi atau saprolit yang diolah melalui pabrik peleburan dengan metode pirometalurgi. Jenis kedua adalah nikel dengan kadar rendah atau limonit yang diolah melalui pabrik peleburan dengan metode hidrometalurgi.

Terutama untuk jenis saprolit, Rizal menjelaskan bahwa perkiraan masa cadangan di Indonesia hanya tersisa sekitar 7 tahun saja. Ini tentunya dengan asumsi bahwa semua pabrik peleburan nikel di Indonesia, baik yang sudah ada maupun yang baru, beroperasi dengan baik.

“Menurut kami, jika semua pabrik peleburan terutama yang menggunakan metode pirometalurgi selesai dibangun, masa cadangan yang tersisa hanya sekitar 5-7 tahun, mengingat kebutuhan nikel mencapai 460 juta ton jika semua pabrik peleburan selesai dibangun,” tambahnya.

Sementara itu, untuk jenis nikel dengan kadar rendah atau limonit, Rizal menyatakan bahwa dengan cadangan yang ada saat ini, diperkirakan dapat mencukupi hingga 33 tahun ke depan.

“Untuk limonit, dengan data kadar di bawah 1,5%, dan dengan asumsi bahwa semua fasilitas pabrik pemurnian atau peleburan hidrometalurgi selesai dibangun, kami memperkirakan cadangan masih dapat bertahan selama sekitar 33 tahun lebih,” tutupnya.

Masa Depan Investasi Smelter Nikel di Indonesia: Tantangan dan Peluang

Dalam era ketidakpastian keberlanjutan cadangan nikel, imbauan Kementerian ESDM terhadap investasi smelter nikel memberikan konteks penting bagi industri pertambangan Indonesia. Penghentian investasi pada smelter nikel baru, terutama yang menggunakan teknologi RKEF, menegaskan kebijakan perlindungan sumber daya mineral yang esensial.

Kendati demikian, tantangan dalam ketersediaan cadangan nikel, terutama jenis saprolit, menuntut kebijakan bijak dalam pengelolaan dan pemanfaatan sumber daya ini. Seiring dengan semakin terbatasnya umur cadangan nikel, munculnya alternatif teknologi dan peluang diversifikasi industri menjadi esensial.

Transformasi ke smelter hidrometalurgi untuk jenis nikel kadar rendah (limonit) tampak sebagai langkah cerdas, memperpanjang masa cadangan hingga beberapa dekade ke depan. Kesimpulannya, kolaborasi antara pemerintah, industri, dan ahli pertambangan menjadi krusial dalam menghadapi dinamika kompleks ini, sambil memastikan bahwa sumber daya nikel yang tak ternilai tetap berkontribusi pada pertumbuhan berkelanjutan.

 

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.