Ferry menjabarkan bahwa penyebab dari perubahan ini adalah karena pengembang lebih memilih untuk menghabiskan stok apartemen yang sudah siap huni, karena jenis apartemen yang siap huni ini lebih diminati oleh end user.
Sementara itu, investor lebih cenderung menyukai apartemen yang masih dalam proses pembangunan (under construction).
“Para investor bertujuan untuk mendapatkan keuntungan dari kenaikan nilai properti yang lebih baik, namun saat ini persediaan apartemen yang sedang dalam proses pembangunan tidak terlalu banyak,” tambahnya.
Tren Investasi Apartemen di Jakarta: Mengapa Jumlah Investor Menurun?
Pasar apartemen di Jakarta menghadapi tantangan signifikan yang mempengaruhi tren investasi. Dengan minat sewa yang rendah dan harga properti yang stagnan, jumlah investor dalam apartemen mengalami penurunan. Menurut data dari Colliers International Indonesia, end user atau pembeli yang akan menggunakan apartemen untuk ditempati mendominasi pasar, sementara investor semakin menyusut jumlahnya.
Para investor merasa rugi karena sulitnya mencari penyewa dan tidak ada peningkatan harga yang memadai. Pengembang pun turut berkontribusi dengan memprioritaskan penjualan unit apartemen siap huni untuk memenuhi kebutuhan end user.
Oleh karena itu, tantangan dan perubahan ini mendorong investor untuk lebih berhati-hati dalam mempertimbangkan investasi apartemen di Jakarta. Dalam jangka panjang, stabilitas pasar dan keuntungan yang lebih baik mungkin dapat ditemukan dengan strategi investasi yang tepat.