Mereka juga menjalani tes preferensi terang-gelap, yang mengukur keengganan alami hewan pengerat terhadap area yang sangat terang.
Dibandingkan dengan kelompok kontrol, tikus yang meminum air yang terkontaminasi mikroplastik selama tiga minggu menunjukkan perubahan perilaku yang signifikan, khususnya pada tikus yang lebih tua.
Pada akhir periode tiga minggu, partikel mikroplastik berpendar merah terdeteksi di berbagai jaringan tubuh tikus yang telah diperiksa, termasuk otak, hati, ginjal, saluran pencernaan, jantung, limpa, dan paru-paru. Plastik juga ditemukan dalam kotoran dan urin tikus.
Tentu saja, fakta bahwa polutan ini terdeteksi di luar sistem pencernaan menunjukkan bahwa polutan tersebut dapat beredar dalam sistem tubuh secara menyeluruh. Yang paling mencemaskan adalah adanya mikroplastik yang ditemukan di otak tikus, menunjukkan bahwa polutan ini dapat melewati penghalang kekebalan tubuh yang seharusnya melindungi sistem saraf pusat dari zat berbahaya, dan ini dapat berpotensi menyebabkan masalah neurokognitif yang serius.
Dampak Mikroplastik pada Kesehatan: Temuan dan Implikasi pada Tikus
Dalam penelitian ini, para ilmuwan telah mengungkap dampak serius dari paparan mikroplastik pada tikus. Temuan ini mencakup akumulasi polutan mikroplastik di berbagai organ tubuh, termasuk otak, yang dapat berpotensi terkait dengan perubahan perilaku dan masalah kesehatan serius.
Meskipun penelitian ini masih perlu lebih lanjut diperluas dan diterapkan pada manusia, hal ini menjadi peringatan penting tentang urgensi untuk lebih memahami pengaruh mikroplastik pada kesehatan manusia dan lingkungan. Dalam dunia yang semakin terpapar mikroplastik, upaya perlindungan terhadap kesehatan manusia dan ekosistem perlu menjadi prioritas.