Selain Jepang, AS juga telah melakukan pendekatan terhadap Belanda untuk menerapkan pembatasan ekspor ke China terkait alat manufaktur chip. Pasalnya, baik Belanda maupun Jepang merupakan pusat produksi alat manufaktur chip terbesar di dunia.
Pemerintah Jepang khawatir bahwa pembatasan ekspor yang ditujukan secara spesifik kepada China berpotensi memicu situasi kacau. Misalnya, China dapat membalas dengan melarang impor mobil listrik dari Jepang.
Beberapa pejabat dalam pemerintahan Jepang mengkritik tindakan AS yang terkesan ingin mencemarkan nama baik China di hadapan dunia internasional.
“Tidak ada manfaatnya membuat negara lain kehilangan wibawanya, kecuali memang itulah tujuan [AS] dari awal,” ungkap salah seorang pejabat tersebut.
Ancaman Pembatasan Ekspor Jepang: Dampak Terhadap Industri Chip China dan Tantangan Global
Pembatasan ekspor alat pembuat chip dari Jepang ke China telah menimbulkan ancaman serius bagi industri teknologi di negeri Tirai Bambu. Terdapat 23 alat yang tidak dapat dikirim, menimbulkan ketegangan antara negara-negara tersebut. Ancaman ini dipengaruhi oleh tekanan dari Amerika Serikat yang ingin membatasi dominasi China di sektor chip.
Posisi Jepang pun menjadi rumit, khawatir respon balasan dari China akan merugikan. Selain itu, ada kekhawatiran bahwa langkah AS tersebut hanya akan mencemarkan nama baik China tanpa memberikan manfaat yang signifikan. Ancaman ini juga telah membujuk Belanda untuk menerapkan pembatasan serupa terhadap China.
Jepang pun berhati-hati, takut situasi ini akan memicu kekacauan dan balasan China yang dapat merugikan industri mobil listrik Jepang. Situasi ini memunculkan pertanyaan besar tentang masa depan industri chip di China dan dampaknya pada perkembangan teknologi global.