Setelah berbelanja berbagai motif kain batik tulis, Khofifah juga mengunjungi tempat penjualan dan pembuatan batik milik Bu Tatik. Di sana, ia bahkan mencoba membatik motif kain batik asal Jetis yang dikenal dengan ornamen flora khas Sidoarjo, yang memiliki warna-warna cerah seperti merah, hijau, kuning, dan hitam.
Khofifah menjelaskan bahwa sebagian besar batik yang dihasilkan di Jetis memiliki motif khas Madura. Bahkan sebelum tahun 1953, tempat ini telah memproduksi desain batik Madura. Hal ini menunjukkan bahwa hubungan budaya antara Jetis Sidoarjo dan Madura sangat erat, yang tercermin dalam motif batiknya.
“Saya ingin menekankan bahwa produk-produk UMKM yang berkualitas penting untuk dipromosikan kepada semua peserta Porprov. Saya khawatir tidak semua peserta, atlet, atau pengunjung Porprov VIII mengetahui tentang Sentra Batik Jetis yang menyediakan batik berkualitas dengan harga terjangkau di Sidoarjo,” tegasnya.
Lebih lanjut, Khofifah menyatakan bahwa kehadiran industri Batik Jetis tidak hanya meningkatkan perekonomian tetapi juga memperkuat hubungan sosial dan komunikasi antara penduduk setempat serta meningkatkan kesejahteraan para pengrajin Batik Jetis.
“Marilah kita bersama-sama mempromosikan Kampung Batik Jetis kepada masyarakat luas, terutama dalam momentum besar Porprov Jatim VIII Tahun 2023,” pungkasnya.
Sebagai tambahan informasi, pada tahun 2008, Desa Jetis secara resmi diresmikan sebagai sektor pariwisata Kampung Batik Jetis oleh Bupati Win Hendrarso. Beberapa merek batik yang masih eksis hingga sekarang termasuk Batik Kamsatun, Batik Amri, Batik Daun, Batik Adam, Batik Namiroh, Batik Yassaroh, Batik Maduratna, dan masih banyak lagi. Ciri khas Batik Jetis adalah warna merah-coklat kehitaman dengan ornamen flora dan fauna, termasuk motif seperti Motif Burung Merak, Motif Kembang Tebu, Motif Kembang Bayam, dan Motif Sekardangan atau Sekar Jagad.