“Gasnya nantinya akan disalurkan ke Vietnam. Ada batas waktu, dan semoga tahun ini kita mendapatkan kepastian siapa yang akan mengambil alih,” ujar Nanang di Gedung Kementerian ESDM pada Selasa (2/1/2024).
Blok Tuna dioperasikan oleh perusahaan asal Inggris, Harbour Energy, melalui Premier Oil Tuna B.V. Zarubezhneft, perusahaan migas milik pemerintah Rusia, sebelumnya memegang hak partisipasi sebesar 50% di Blok Tuna melalui anak usahanya, ZN Asia Ltd.
Nanang sebelumnya mengungkapkan bahwa rencana pengembangan Blok Tuna terkena dampak sanksi Uni Eropa dan pemerintah Inggris karena Zarubezhneft, mitra mereka di blok tersebut, berasal dari Rusia.
Oleh karena itu, Zarubezhneft akhirnya memutuskan untuk keluar dari proyek tersebut, mengingat peringatan pemerintah setempat kepada Harbour Energy untuk tidak bertransaksi atau bermitra dengan perusahaan asal Rusia.
Pencarian Operator Baru Blok Tuna: Proses Menuju Kepastian pada April 2024
Meskipun Blok Tuna sebelumnya dioperasikan oleh perusahaan asal Rusia, Zarubezhneft, pemerintah Indonesia berupaya mencari operator pengganti. Proses pembukaan data room dan pencarian mitra masih berlangsung, dengan harapan penyelesaiannya pada bulan April 2024, menurut Tutuka Ariadji dari ESDM.
Wakil Kepala SKK Migas, Nanang Abdul Manaf, juga menekankan pentingnya menemukan operator baru seiring gas Blok Tuna yang telah memiliki calon pembeli dari Vietnam. Kesulitan akibat sanksi Uni Eropa dan pemerintah Inggris terhadap Zarubezhneft telah memaksa perusahaan Rusia tersebut keluar dari proyek, dan proses divestasi diharapkan dapat selesai tahun ini. Dengan demikian, Blok Tuna akan memiliki kepastian mengenai operator pengganti dalam waktu dekat.