Selanjutnya, pihaknya memitigasi adanya efek dari arah kebijakan moneter global mau pun dari dalam negeri. The Federal Reserve (The Fed) telah memulai proses tapering off sejak November 2021 semakin membuka peluang bank sentral Amerika Serikat (AS) tersebut untuk mengerek Kembali suku bunga acuannya.
Bank Indonesia (BI) pun nantinya akan merespon arah kebijakan moneter AS dengan ikut mengerek suku bunga acuan pada 2022. “Prediksi BRI, suku bunga BI-7 Days Reverse Repo Rate (BI-7DRR) akan dikerek BI dari posisi saat ini yang sebesar 3,5 persen menjadi 4,25 persen – 4,5 persen,” ucapnya.
BRI, kata Sunarso, di tahun ini akan berfokus pada menjaga fundamental perusahaan agar bisnis dapat tumbuh sehat dan berkelanjutan. Dalam penyaluran kredit, BRI menerapkan pertumbuhan selektif dengan memanfaatkan stimulus pemerintah serta melakukan eksplorasi sumber pertumbuhan baru diantaranya optimalisasi sinergi ultra mikro.
“Meski masih diliputi pandemi Covid-19, BRI berhasil melewati tahun 2021 dengan kinerja yang prima. BRI memantik pemulihan ekonomi di segmen ultra mikro dengan melakukan proses pembentukan Holding BUMN Ultra Mikro pada tahun lalu,” sebutnya.
Seperti diketahui, dalam rangka pembentukan Holding Ultra Mikro, tahun lalu BRI telah melakukan aksi korporasi penambahan modal melalui Hak Memesan Efek Terlebih Dahulu (PMHMETD) atau Rights Issue dalam rangka pembentukan ekosistem ultra mikro.
Total nilai Right Issue BRI mencapai Rp 95,9 triliun, yang terdiri dari Rp 54,7 triliun dalam bentuk partisipasi non tunai pemerintah berupa inbreng saham Pegadaian dan PNM, Rp 41,2 triliun dalam bentuk cash proceed dari pemegang saham publik.