Tempo melaporkan, “Dia hanya mengaum sekali lalu loyo bagaikan kucing malu menghadapi sang gladiator.”
Setelah singa gagal, panitia akhirnya memasukkan seekor banteng ke dalam arena pertandingan. Namun, seperti singa, banteng yang awalnya terlihat ganas tiba-tiba menjadi lemas di hadapan Bandot. Banteng hanya sekali menubruk dada Bandot sebelum akhirnya bertingkah laku serupa dengan singa, tanpa menunjukkan semangat bertarung yang sesungguhnya.
Akibatnya, Bandot yang tampil seperti pahlawan dengan tubuh telanjang dada yang berotot, mengenakan ikat kepala dan celana hitam, harus meninggalkan arena tanpa ada tanda-tanda luka di tubuhnya. Penonton pun merasa kecewa dan menyalahkan Bandot karena pertarungan tersebut tidak memuaskan.
Kekecewaan di GBK: Duel Gladiator Bandot Lahardo dan Singa Buas yang Tak Memuaskan
Dalam sebuah acara yang memikat ribuan penonton, GBK menjadi saksi pertarungan antara Bandot Lahardo, pria berani yang telah mengalahkan harimau dan kerbau dengan tangan kosong, dan seekor singa buas. Namun, harapan untuk menyaksikan duel gladiator yang mendebarkan ternyata pupus.
Singa tersebut tak bersemangat untuk berkelahi dan hanya berputar-putar di arena. Ketika banteng digantikan sebagai lawan, hasilnya tak berbeda. Bandot keluar dari arena tanpa cedera sedikit pun, menyisakan kekecewaan di hati para penonton.
Duel gladiator di GBK pada 3 September 1968 mungkin menjadi sejarah, tetapi akan selalu diingat sebagai pertarungan yang tak memuaskan.