Example floating
Example floating
Abata

Dua Tolok Ukur untuk Menakar Tingkat Kesalehan Anak

×

Dua Tolok Ukur untuk Menakar Tingkat Kesalehan Anak

Sebarkan artikel ini
Dua Tolok Ukur untuk Menakar Tingkat Kesalehan Anak
Example 468x60

Umar lalu menasihati anak lelaki itu. “Apa kamu tak takut kepada Tuhan-mu sebab ridha-Nya tergantung ridha orang tuamu.” Tak disangka-sangka anak itu berbalik tanya: “Wahai Khalifah! Apa di samping terdapat perintah anak berbakti kepada orang tua, terdapat juga ajaran orang tua bertanggung jawab kepada anaknya?”.

Umar bin Khattab menjawab, “Ya, benar ada! Seharusnya seorang ayah menyenangkan dan mencukupi nafkah istri sekaligus ibu dari putra-putrinya, memberikan nama yang baik kepada putra-putrinya, serta mengajari putra-putrinya Alquran dan ajaran agama lainnya.”

Mendengar penjelasan Amirul Mukminin, anak laki-laki itu membalas, “Jika demikian, bagaimana aku berbakti kepada ayahku? Demi Allah, ayahku tak sayang kepada ibuku yang diperlakukan tak ubahnya seorang hamba sahaya. Sekali-kalinya dia mengeluarkan uang untuk ibuku, sebanyak 400 dirham untuk menebus ibuku. Dia juga tak menamaiku dengan nama yang baik: Aku dinamai ayahku dengan nama “Juala” (Jadian). Dia juga tak mengajariku mengaji, satu ayat pun!”

Maka, Amirul Mukminin berpaling kepada laki-laki itu dan berkata kepadanya, “Kamu datang kepadaku untuk mengadukan kedurhakaan anakmu, dan kamu mendurhakainya sebelum dia mendurhakaimu, dan kamu melecehkannya sebelum dia menyinggungmu.”

Tolak ukur yang kedua, yaitu sholat. Karena, sholat merupakan cerminan anak yang taat kepada orang tua. Anak yang saleh tidak boleh menimbulkan kemarahan orang tua. Diriwayatkan dari Ibnu Abbas RA, Rasulullah SAW bersabda:

مَنْ أَصْبَحَ مُطِيعًا لِلَّهِ فِي وَالِدَيْهِ، أَصْبَحَ لَهُ بَابَانِ مَفْتُوحَانِ مِنَ الْجَنَّةِ، وَإِنْ كَانَ وَاحِدًا فَوَاحِدًا، وَمَنْ أَمْسَى عَاصِيًا لِلَّهِ فِي وَالِدَيْهِ أَصْبَحَ لَهُ بَابَانِ مَفْتُوحَانِ مِنَ النَّارِ، إِنْ كَانَ وَاحِدًا فَوَاحِدًا ” قَالَ رَجُلٌ: وَإِنْ ظَلَمَاهُ؟ قَالَ: ” وَإِنْ ظَلَمَاهُ، وَإِنْ ظَلَمَاهُ، وَإِنْ ظَلَمَاهُ

“Barangsiapa yang taat kepada kepada kedua orangtuanya maka menjadi terbukalah dua pintu di surga. Jika dia taat hanya kepada salah satunya maka satu pintu pula yang terbuka. Dan, barangsiapa yang durhaka kepada Allah dengan mendurhakai kedua orangtuanya maka terbukalah dua pintu di neraka. Jika dia durhaka hanya kepada salah satunya maka satu pintu pula yang terbuka.”

Seseorang lalu bertanya, “Sekalipun kedua orangtuanya telah menzaliminya?” Maka dijawab, “Ya, sekalipun keduanya telah menzaliminya. Sekalipun keduanya telah menzaliminya. Sekalipun keduanya telah menzaliminya.” (hadits marfu’ dalam Syu’abul Iman karangan Imam Al Baihaqi)

Itulah sebabnya para ulama mengatakan bahwa taat kepada orang tua adalah wajib selama tidak disuruh untuk melakukan perbuatan dosa. Melanggar perintah orang tua adalah kemaksiatan. Karena, ketaatan kepada orang tua adalah salah satu dari ketaatan kepada Tuhan Yang Maha-Esa.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.