Dua Tolok Ukur untuk Menakar Tingkat Kesalehan Anak
Setiap orang orang tua pasti menginginkan anak yang saleh. Bahkan, Nabi Ibrahim juga berdoa kepada Allah SWT untuk diberikan anak yang saleh dan Allah SWT mengabulkannya. Doa Nabi Ibrahim ini direkam dalam Alquran:
رَبِّ هَبْ لِيْ مِنَ الصّٰلِحِيْنَ “Ya Tuhanku, anugerahkanlah kepadaku (seorang anak) yang termasuk orang yang saleh.” (QS As Saffat 100)
Setidaknya ada dua tolak ukur kesalahan seorang anak. Pertama, yaitu selalu taat kepada Allah SWT, dan ketaatan tersebut diwujudkan dengan melakukan semua perintah Allah, dan menghindari apa yang dilarang Allah. Karena itu, dalam Alquran Allah berfirman:
يٰۤاَيُّهَا الَّذِيۡنَ اٰمَنُوۡا قُوۡۤا اَنۡفُسَكُمۡ وَاَهۡلِيۡكُمۡ نَارًا “Hai orang-orang yang beriman, peliharalah dirimu dan keluargamu dari api neraka.” (QS At Tahrim 6).
Ali bin Abi Thalib juga berpesan kepada para orang tua untuk mengajari dan mendisiplinkan anak-anak mereka. Barangsiapa yang lalai mengajari anaknya, maka dia telah berbuat kerusakan yang sangat besar, dan kebanyakan kerusakan anak-anak itu berasal dari para ayah. Karena, para ayah lalai mengajari anak-anaknya tentang agama.
Di dalam Alquran, seorang anak diperintah untuk selalu berbuat baik kepada kedua orangnya agar menjadi anak yang saleh. Allah SWT berfirman:
وَوَصَّيْنَا الْاِنْسَانَ بِوَالِدَيْهِ حُسْنًا “Dan Kami wajibkan kepada manusia agar (berbuat) kebaikan kepada kedua orang tuanya.” (QS Al Ankabut 8).
Terkait hal ini, ada sebuah riwayat yang menceritakan seorang ayah yang menyeret putranya untuk dihadapkan kepada Amirul Mukminin, Umar bin Khattab. Orang tua itu mengadukan kelakuan putranya yang tak mau menghormati dan durhaka padanya. “Mohon nasihati dia, wahai Amirul mukminin!” kata orang tua itu.