Operasi SAR yang tanpa henti, bahkan hingga dini hari, berhasil mengentaskan total 37 korban jiwa dari timbunan reruntuhan. Proses evakuasi yang rumit, menuntut kehati-hatian ekstrem dan sinergi alat berat dengan kerja manual, menunjukkan dedikasi para petugas yang berjuang melawan waktu dan puing.
Meskipun tragedi ini telah merenggut puluhan nyawa, semangat gotong royong dan kesigapan dalam penanganan darurat menjadi pengingat bahwa di balik duka yang mendalam, ada harapan akan keadilan bagi para korban serta pelajaran berharga mengenai keselamatan bangunan ke depan.
Baca Juga: UNM dan Polisi Perkuat Penjagaan Usut Dugaan Bentrokan Mahasiswa di Parangtambung
Jarum jam telah melewati tengah malam. Di tengah kegelapan pekat yang hanya diterangi sorot lampu sorot tim penyelamat, suasana di sekitar Pondok Pesantren (Ponpes) Al-Khoziny, Sidoarjo, terasa mencekam.
Di bawah tumpukan puing musala yang runtuh, perjuangan Tim SAR gabungan melawan waktu dan material bangunan terus berlangsung.
Malam dari Sabtu (4/10/2025) hingga Minggu (5/10/2025) dini hari itu menjadi saksi bisu upaya keras untuk menemukan 20 jenazah korban yang masih tertimbun.
Kepala Kantor SAR Surabaya, Nanang Sigit, berdiri di tengah lokasi, mengarahkan setiap gerakan alat berat dan timnya. Di balik bising mesin, ia tahu bahwa setiap menit sangat berharga.
Baca Juga: Pemerintah Basmi Tambang Ilegal di Halimun Salak, Petugas Gugur Sebagai Pahlawan Konservasi
“Sistem kerjanya sama, yaitu dengan menggunakan alat berat sebagai pembuka akses untuk kemudian tim SAR melaksanakan evakuasi jika memang terlihat,” jelas Nanang.
Ini adalah pertarungan yang brutal: alat berat harus membuka jalan, namun petugas di lapangan harus bergerak dengan kehati-hatian ekstrem, sebab di bawah material beton dan besi, ada nyawa yang harus dievakuasi, meskipun dalam kondisi tak bernyawa.
Malam Panjang di Sektor A3
Tepat pukul 23:26 WIB, sebuah teriakan sinyal terdengar. Korban ke-38 berhasil dievakuasi. Tiga menit kemudian, pada pukul 23:29 WIB, korban ke-39 menyusul.
Namun, perjuangan terberat terjadi saat jam mulai berdetak memasuki hari baru. Di Sektor A3, area yang paling sulit dijangkau, tim SAR harus berhadapan dengan material reruntuhan yang paling padat.












