Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengumumkan rencana Indonesia untuk mengembangkan Sistem Processing Gempa bumi dan Tsunami Merah Putih dalam waktu 5 tahun ke depan.
Dwikorita awalnya menekankan pentingnya pengetahuan dalam menangani gempa bumi dan tsunami, yang mendasari pembentukan Konsorsium Gempa bumi dan Tsunami Indonesia (KGTI).
Menurutnya, setiap lembaga dan perguruan tinggi yang tergabung dalam konsorsium ini memiliki kegiatan dan keahlian masing-masing, menciptakan sinergi yang dapat menjadi kekuatan nasional bahkan global.
Salah satu hasil kolaborasi ini adalah pengembangan Sistem Processing Gempa bumi dan Tsunami Merah Putih, yang diharapkan selesai dalam 5 tahun mendatang.
Dwikorita mengungkapkan bahwa saat ini BMKG masih mengandalkan sistem processing gempa bumi dan tsunami yang berasal dari luar negeri, dan Presiden telah mendorong untuk memperkuat Tingkat Komponen Dalam Negeri (TKDN).
Dengan adanya konsorsium, diharapkan dalam beberapa tahun ke depan Indonesia dapat memiliki sistem processing Merah Putih yang mandiri.
Pada tahun 2022, Dwikorita mencatat bahwa BMKG sedang mengembangkan Sistem Processing InaTEWS Merah Putih, yang merupakan penyempurnaan dari sistem InaTEWS (Indonesia Tsunami Early Warning System) yang sudah ada.
KGTI dan Langkah-langkah Menuju Kemandirian Teknologi Bencana Indonesia
Proses pengembangan melibatkan KGTI, sebuah konsorsium yang terdiri dari pakar dan peneliti gempabumi dan tsunami dari berbagai instansi pemerintah, perguruan tinggi, dan praktisi kebencanaan.
KGTI dibagi menjadi tiga kelompok kerja, yakni kelompok kerja gempabumi, kelompok kerja tsunami, dan kelompok kerja evaluasi serta pengembangan/penguatan sistem monitoring, analisis, dan diseminasi gempabumi dan tsunami.
Tugas utama KGTI adalah mendukung pengembangan InaTEWS, memberikan evaluasi, dan rekomendasi terhadap sistem operasional monitoring gempabumi dan peringatan dini tsunami di BMKG.
Dwikorita menyebutkan bahwa salah satu inovasi yang dihasilkan oleh konsorsium ini adalah Sistem Processing Gempabumi dan Tsunami Merah Putih. Ia berharap sistem ini dapat menjadi karya handal anak bangsa, menggantikan sistem processing gempa bumi dan tsunami yang saat ini beroperasi.
Menurut Dwikorita, sistem ini diharapkan dapat memberikan peringatan dini bencana yang lebih cepat dan akurat, meskipun keandalan InaTEWS saat ini sudah setara dengan sistem peringatan dini tsunami yang digunakan oleh negara-negara maju seperti Australia, Jepang, dan India.
Kolaborasi teknologi yang akan diwujudkan oleh Konsorsium Gempa Bumi dan Tsunami Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kecepatan, ketepatan, dan akurasi informasi peringatan dini.
Menghadapi Masa Depan: Indonesia Menuju Kemandirian Teknologi Gempa dan Tsunami dengan Sistem Merah Putih
Pada tahun 2022, BMKG sedang aktif mengembangkan Sistem Processing InaTEWS Merah Putih sebagai penyempurnaan dari sistem InaTEWS yang telah ada. KGTI, konsorsium yang terdiri dari para ahli dan peneliti, terbagi dalam tiga kelompok kerja untuk mendukung pengembangan InaTEWS, memberikan evaluasi, serta memberikan rekomendasi terhadap sistem operasional BMKG.
Inovasi utama yang dihasilkan oleh konsorsium ini adalah Sistem Processing Gempa bumi dan Tsunami Merah Putih, diharapkan dapat menjadi karya handal anak bangsa. Dwikorita menyatakan bahwa meskipun keandalan InaTEWS sudah setara dengan negara maju, kolaborasi teknologi oleh Konsorsium Gempa Bumi dan Tsunami Indonesia diharapkan mampu meningkatkan kecepatan, ketepatan, dan akurasi informasi peringatan dini.
Sebagai langkah menuju kedaulatan teknologi dalam penanganan bencana, Indonesia semakin mendekati impian memiliki sistem gempa dan tsunami yang dapat diandalkan dan mandiri.