S&P Global mencatat bahwa penurunan Indeks PMI sektor manufaktur di Indonesia terutama disebabkan oleh pertumbuhan penjualan yang melambat pada bulan Oktober. Lembaga ini juga mencatat bahwa produsen mengalami kondisi permintaan yang lebih lemah, dan permintaan dari luar negeri juga mengalami penurunan.
Jingyi Pan, Direktur Ekonomi S&P Global Market Intelligence, menyatakan bahwa perlambatan laju PMI sektor manufaktur di Indonesia masih bisa berlanjut. Dia menambahkan, “Tingkat kepercayaan bisnis di kalangan produsen juga turun di bawah rata-rata, menunjukkan berkurangnya optimisme terhadap produksi selama 12 bulan ke depan,” seperti yang diungkapkan dalam keterangan resmi.
Seperti yang diungkapkan oleh Sanny, Pan juga memproyeksikan bahwa perlambatan produksi ini berpotensi menyebabkan gelombang PHK atau setidaknya pembatasan lapangan kerja. Dia menambahkan, “Akibat dari pertumbuhan penjualan yang lebih lambat, perusahaan-perusahaan sedikit demi sedikit mengurangi tingkat lapangan kerja mereka.”
Krisis Bahan Baku di Indonesia: Dampak Langsung pada Sektor Manufaktur dan Ancaman PHK
Krisis bahan baku impor di Indonesia tidak hanya menjadi isu serius bagi sektor manufaktur, tetapi juga telah mencapai tingkat yang mengkhawatirkan. Data Indeks PMI yang menurun secara signifikan dalam beberapa bulan terakhir menjadi indikator utama permasalahan ini.
Asosiasi Pengusaha Indonesia (Apindo) dan para ahli ekonomi merasa prihatin dengan penurunan hasil produksi yang disebabkan oleh kekurangan bahan baku tersebut. Selain itu, jika situasi ini berlanjut, ancaman gelombang PHK pun semakin mendekat.
Pelaku industri, produsen, dan pemerintah perlu bekerja sama untuk menemukan solusi yang dapat mengatasi masalah ini dan menjaga stabilitas ekonomi nasional. Kebijakan yang berkelanjutan dan tindakan cepat mungkin diperlukan untuk mengatasi krisis ini sebelum dampaknya semakin dalam pada lapangan kerja dan pertumbuhan ekonomi.