Bambang menjelaskan, terdapat kenaikan 24,5 persen impor pada bulan Januari-Februari 2022 dibanding tahun sebelumnya di bulan yang sama. “Ini membuktikan bahwa impor sangat membantu selama pandemi. Apalagi sebagian besar impor yang kita lakukan adalah bahan penolong yang akan digunakan untuk ekspor,” jelasnya.
Sedangkan Lukman Ladjoni, pelaku usaha pelayaran yang sudah cukup lama malang melintang di Pelabuhan Tanjung Perak ini mengungkapkan dua masalah dunia pelayaran, yakni masalah kepelabuhanan dan masalah di laut. Masalah kepelabuhanan terkait pelayanan, penataan, dan service oriented. “Masalah di laut adalah banyaknya aparat keamanan yang bertugas di laut, ditambah lagi banyaknya peraturan yang ada,” tandasnya.
Sementara, Sutopo Kristanto Ketua Ikatan Alumni (IKA) ITS dalam kesempatan ini juga menerangkan pentingnya peranan pelabuhan bagi perekonomian nasional. “Disitu ada pusat distribusi barang, sehingga butuh efisiensi dan daya saing,” ucapnya
Sutopo juga menyoroti bahwa di Indonesia belum ada pelabuhan yang bisa dijadikan rujukan. Oleh karena itu, pelibatan investor sangat penting untuk pengembangan pelabuhan.
“Apalagi Tuas Megaport Singapura akan jadi pelabuhan terbesar di dunia menggeser Pelabuhan Shangai dengan biaya pembangunan sekitar Rp 220 triliun. Ini tantangan kita,” pungkas Sutopo.