Example floating
Example floating
Home

Ancaman Megathrust Mematikan! BMKG Ungkap Strategi Darurat Tahan Bencana!

Avatar
×

Ancaman Megathrust Mematikan! BMKG Ungkap Strategi Darurat Tahan Bencana!

Sebarkan artikel ini
Ancaman Megathrust Mematikan! BMKG Ungkap Strategi Darurat Tahan Bencana!
Ancaman Megathrust Mematikan! BMKG Ungkap Strategi Darurat Tahan Bencana!
Example 468x60

MEMO

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), Dwikorita Karnawati, mengingatkan masyarakat tentang potensi bahaya megathrust di selatan Pulau Jawa. Dalam upaya meningkatkan akurasi prediksi gempa bumi, BMKG telah menetapkan target keakuratan hingga 90%.

Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah, adalah salah satu zona yang rawan, dan Dwikorita menyoroti pentingnya persiapan dan literasi kebencanaan di tengah ancaman ini.

Dwikorita Karnawati: Upaya BMKG Tingkatkan Akurasi Prediksi Gempa Bumi

Kepala Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) Dwikorita Karnawati kembali mengingatkan tentang potensi bahaya megathrust di sebelah selatan Pulau Jawa. Beliau mengungkapkan bahwa tsunami dan gempa bumi adalah dua fenomena alam yang sangat sulit diprediksi dengan akurat. Oleh karena itu, Dwikorita menekankan pentingnya persiapan dalam menghadapinya.

BMKG sendiri saat ini sedang berupaya maksimal untuk meningkatkan tingkat akurasi dalam memprediksi gempa bumi, dengan target mencapai tingkat keakuratan 90%. Informasi ini diumumkan melalui situs resmi BMKG, terkait dengan pelaksanaan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG) tahun 2023 di beberapa lokasi, salah satunya adalah di Kabupaten Kebumen, Jawa Tengah.

Dikatakan, “Kabupaten Kebumen merupakan salah satu zona yang berpotensi mengalami gempa dan tsunami di Indonesia karena letaknya yang berhadapan langsung dengan zona megathrust di selatan Pulau Jawa yang berpotensi mencapai magnitude maksimum M 8,7.” Penjelasan ini diberikan pada hari Senin, 2 Oktober 2023.

Dwikorita juga menjelaskan, “Sumber gempa megathrust ini berada di zona subduksi, yang merupakan hasil tumbukan antara Lempeng Indo-Australia dan Lempeng Eurasi di dasar laut Samudra Hindia selatan Kebumen.” Menurut perhitungan, tsunami akibat gempa dengan skenario ini diperkirakan dapat mencapai tinggi 14-18 meter di Kabupaten Kebumen, dengan waktu tiba di pantai sekitar 38-46 menit setelah gempa terjadi.

Baca Juga  KLH Geram, Sampah Menggunung, Lingkungan Hancur

Pemerintah Daerah dan BMKG Bersatu Hadapi Ancaman Megathrust di Selatan Jawa

Selain itu, Dwikorita menambahkan bahwa dampak getaran akibat gempa tersebut diperkirakan akan mencapai skala VII-VIII MMI, yang menunjukkan getaran yang kuat hingga sangat kuat dan berpotensi menyebabkan kerusakan yang sedang hingga berat.

Untuk menghadapi potensi bahaya ini, Dwikorita menyarankan agar Pemerintah Daerah di sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa terus meningkatkan kesiapsiagaan mereka. Ini melibatkan upaya seperti penyediaan, penambahan, dan perbaikan jalur-jalur evakuasi sebagai langkah antisipasi terhadap kemungkinan terburuk.

Sambil melakukan itu, Dwikorita juga mengumumkan bahwa BMKG akan terus mempromosikan pelaksanaan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG) di seluruh wilayah Indonesia. Dia menegaskan bahwa gempa bumi dan tsunami merupakan ancaman yang mengintai banyak wilayah pesisir Indonesia, dan oleh karena itu, literasi mengenai bencana harus ditingkatkan di kalangan masyarakat.

Dwikorita menyimpulkan, “Peningkatan literasi mengenai bencana di kalangan masyarakat sangat penting. Terutama dalam era di mana informasi seringkali terdistorsi, dengan banyaknya disinformasi dan berita palsu yang beredar di tengah-tengah masyarakat, yang dapat menimbulkan kebingungan dan kepanikan.”

BMKG Ingatkan Bahaya Megathrust Selatan Jawa: Pentingnya Persiapan dan Literasi Kebencanaan

Dalam menghadapi potensi bahaya gempa bumi dan tsunami, Pemerintah Daerah sepanjang pesisir selatan Pulau Jawa harus terus meningkatkan kesiapsiagaan, termasuk penyediaan, penambahan, dan perbaikan jalur-jalur evakuasi.

Di samping itu, BMKG akan memperkuat pelaksanaan Sekolah Lapang Gempa Bumi dan Tsunami (SLG) di seluruh Indonesia untuk meningkatkan literasi kebencanaan masyarakat. Hal ini penting mengingat era disrupsi informasi yang sering kali memunculkan disinformasi dan berita palsu, yang dapat menimbulkan kebingungan dan kepanikan di tengah masyarakat.