Kabut asap yang telah menyelimuti perumahan di Tangerang, Banten, selama empat bulan terakhir telah memunculkan kekhawatiran serius. Dalam kondisi ini, warga perumahan menghadapi dampak kesehatan yang serius, terutama anak-anak yang rentan.
Namun, upaya penyelesaian masalah tampaknya masih belum memadai, menghadirkan pertanyaan tentang apakah ada solusi yang akan muncul.
Sorotan terhadap Dampak Kabut Asap yang Menghantui Perumahan Tangerang
Kabut pekat yang melingkupi suatu perumahan di Tangerang, Banten, telah menjadi sorotan bagi masyarakat online. Kabut tersebut telah menyelimuti perumahan selama empat bulan.
Menurut laporan dari detikcom, salah seorang penduduk perumahan di Tangerang, bernama Adrian, mengungkapkan bahwa tidak hanya rumahnya yang terkena dampaknya, tetapi juga perumahan lain di sekitarnya.
Akibat kabut ini yang telah berlangsung berbulan-bulan, banyak warga perumahan menderita infeksi saluran pernapasan akut (ISPA). Yang lebih memprihatinkan, kebanyakan yang terinfeksi adalah anak-anak.
“Ada grup berbagi informasi tentang ISPA setiap harinya, yang kebanyakan terinfeksi adalah anak-anak kecil, bahkan bayi. Mereka mengalami serangan ISPA, bahkan beberapa harus dirawat di rumah sakit,” kata Adrian dalam wawancara pada Kamis (24/8).
Tidak hanya anak-anak, dewasa juga merasakan dampak dari kabut ini, meskipun tidak separah yang dialami oleh anak-anak, seperti yang dialami oleh Adrian. Ia memiliki riwayat asma dan bekerja dari rumah, sehingga kabut ini mengganggu aktivitasnya.
Dampaknya semakin parah, beberapa anak hingga saat ini belum sembuh sepenuhnya dari penyakit saluran pernapasan mereka.
“Anak-anak kecil yang terkena, sebagian dari mereka masih belum sembuh sepenuhnya, sudah empat bulan ini mereka belum pulih,” ungkap Adrian.
Adrian menceritakan bahwa karena banyaknya penyakit pernapasan, obat yang paling laku dijual di apotek di sekitar rumahnya adalah obat pernapasan seperti obat asma dan nebulizer.
“Ketika saya pergi ke apotek, obat asma, nebulizer, dan obat flu adalah yang paling laku. Semua yang berkaitan dengan pernapasan menjadi barang yang paling banyak dicari,” jelasnya.
Ia juga menjelaskan bahwa kabut tebal ini sudah terjadi sejak empat bulan yang lalu, dan bahkan kondisinya pada awalnya lebih buruk daripada yang baru-baru ini terjadi.
Penduduk Tangerang Menghadapi Tantangan Asma dan Obat Pernapasan
“Kabut semakin tebal selama empat bulan terakhir, dan ada satu kali kejadian yang mirip dengan yang baru-baru ini, bahkan lebih parah menurut saya. Kabutnya begitu tebal sehingga kita bahkan tidak bisa melihat, bahkan tidak bisa melihat tetangga kita, itu seolah-olah seperti kabut nyamuk yang biasanya digunakan untuk pengusiran (fogging), dan bahkan kabut ini masuk ke dalam rumah,” ujarnya.
Adrian menduga bahwa yang dibakar adalah sampah. Terkadang, dia bisa mencium bau yang tidak sedap saat keluar rumah karena kabut begitu tebal. Biasanya, pembakaran ini terjadi sekitar pukul 22.00 atau 23.00 WIB, tetapi setelah ada teguran, pembakaran malah dilakukan pada pukul 02.00 atau 03.00 WIB.
“Pada awalnya, biasanya mereka membakar sampah pada jam 10-11 malam, tetapi sekarang mereka melakukannya pada jam 2-3 pagi. Mereka mencoba menghindari teguran dengan cara ini, tetapi justru membuat situasinya lebih buruk. Hingga sekarang, masih terjadi pembakaran, meskipun tidak seintens seperti sebelumnya,” ungkapnya.
Adrian menyebutkan bahwa sudah ada upaya mediasi antara pihak pengembang, pihak kecamatan, dan dinas kesehatan setempat dengan para pembakar sampah yang diduga. Saat itu, menurut Adrian, sudah ada peringatan keras mengenai larangan membakar sampah, tetapi para pembakar hanya menghentikan kegiatan tersebut selama sebulan.
Warga perumahan juga telah melaporkan masalah kabut yang masih melanda perumahan mereka akhir-akhir ini ke berbagai pihak, tetapi hingga saat ini belum ada tindakan yang diambil oleh pihak berwenang.
Tentang kabar kabut tebal di sekitar perumahan di Tangerang pertama kali ramai di media sosial Instagram. Kabut pekat tersebut terlihat terjadi pada malam hari.
Seorang penduduk yang bernama Wulan Wu membagikan video melalui akun Instagram pribadinya @wulanwu yang menuai banyak perhatian warganet. Beberapa orang juga mengaku mengalami hal serupa.
“Berapa lama lagi ini akan berlangsung??? Bagi yang ingin berbicara atau berbagi informasi mengenai waktu dan tempat, silakan. Salam dari Tangerang dan sekitarnya,” tulisnya dalam unggahan Instagram.
Dampak Kabut Asap di Tangerang: Krisis Kesehatan dan Tidak Ada Solusi?
Kabar mengenai kabut asap ini pertama kali mencuat melalui media sosial Instagram dan mendapatkan perhatian yang signifikan. Warga setempat seperti Wulan Wu mencoba membagikan pengalaman mereka. Namun, pertanyaan yang muncul adalah, berapa lama lagi warga Tangerang harus menghadapi krisis kesehatan ini tanpa solusi yang jelas?