Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) dan Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG) belum sepenuhnya sejalan dalam menilai Sesar Cugenang sebagai sumber gempa di Cianjur. BMKG menyebut Sesar Cugenang sebagai pemicu gempa dengan Magnitudo (M) 5,6 pada November 2022, namun BRIN belum menemukan data komprehensif tentang patahan tersebut.
Sebabnya belum jelas karena perbedaan hasil analisis dan pola gerakan sesar. Penelitian dan pemetaan lapangan terus dilakukan untuk mencari kesimpulan yang lebih pasti mengenai potensi bahaya gempa di wilayah tersebut.
BMKG vs. BRIN: Perdebatan Sesar Cugenang Sebagai Sumber Gempa!
Dua lembaga pemerintah, yaitu Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN) serta Badan Meteorologi, Klimatologi, dan Geofisika (BMKG), masih memiliki pandangan yang berbeda mengenai Sesar Cugenang, yang merupakan sumber gempa di Cianjur. Penyebab perbedaan pandangan ini akan dijelaskan berikut ini.
Menurut BMKG, Sesar Cugenang adalah penyebab gempa dengan Magnitudo (M) 5,6 yang menyebabkan kerusakan besar di Cianjur, Jawa Barat, pada November 2022. Namun, sebelumnya patahan ini tidak pernah terdeteksi, dan BMKG sebelumnya menganggap Sesar Cimandiri sebagai pemicu gempa tersebut. Namun, pola kerusakannya tidak sejalan dengan patahan Sesar Cimandiri.
Bambang Sugiarto, seorang peneliti di Pusat Riset Kebencanaan Geologi, Organisasi Riset Kebumian dan Maritim BRIN, menyatakan bahwa hingga saat ini, BRIN belum sepenuhnya sejalan dengan BMKG dan lembaga terkait lainnya mengenai Sesar Cugenang.
Penelitian dilakukan dengan memantau lima titik di empat desa di Cugenang, Cianjur, selama empat hari dalam seminggu ini.
Para peneliti menggunakan dua perangkat deteksi, yaitu Geolistrik Multichanel Resistivity dan Ground Penetrating Radar, dengan kedalaman hingga 50 meter. Namun, hingga saat ini, mereka belum menemukan indikasi adanya patahan aktif di lokasi tersebut.
Penelitian Komprehensif dan Pola Gerakan Sesar Masih Jadi Teka-Teki
Bambang menjelaskan bahwa mereka masih terus melakukan penelitian untuk mengetahui secara pasti posisi, kedalaman, panjang, serta daerah mana yang mungkin akan terdampak oleh patahan tersebut. Sebabnya belum jelas karena kurangnya data komprehensif tentang patahan tersebut.
Selain itu, analisis BMKG mengenai gerakan Sesar Cugenang cenderung naik, namun menurut Bambang, gempa di Cianjur terjadi berangsur-angsur dengan banyak gempa susulan, sehingga ia menduga gerakan Sesar Cugenang cenderung mendatar. Hal ini menyebabkan energi yang dilepaskan oleh gempa menjadi lebih banyak.
Pada Januari 2023, BMKG merilis pembaruan peta Sesar Cugenang dengan menambahkan zona bahaya. Proses pemetaan ini menggunakan berbagai data seperti hasil pemantauan posisi, sebaran, dan magnitudo gempa, analisis mekanisme sumber gempa bumi, analisis pola sebaran intensitas guncangan dan tingkat kerusakan bangunan, analisis frekuensi gelombang gempa, serta analisis spektrum gelombang seismik dan interpretasi anomali gaya berat.
Data analisis dari instansi di luar lembaga, seperti analisis deformasi permukaan berbasis satelit (InSAR) dari peneliti BRIN dan MAPPIN serta data displacement (perpindahan) Global Positioning System (GPS) dari Badan Informasi Geospasial (BIG) juga digunakan untuk menguatkan analisis BMKG.
Setelah melakukan verifikasi lapangan bersama Pemerintah Kabupaten Cianjur di beberapa kampung dan desa, ditemukan tiga zona bahaya gempa bumi, yaitu Zona Terlarang (Merah), Zona Terbatas (Orange), dan Zona Bersyarat (Kuning).
Tiap zona memiliki kriteria dan rekomendasi tersendiri untuk tindakan yang harus diambil, termasuk pembangunan bangunan dengan standar tahan gempa atau tahan gerakan tanah.
Demikianlah penjelasan mengenai perbedaan pandangan antara BRIN dan BMKG mengenai Sesar Cugenang sebagai sumber gempa di Cianjur. Kedua lembaga tersebut masih terus melakukan penelitian dan pemetaan untuk mencari kesimpulan yang lebih pasti dan menyeluruh.
Perbedaan Pendapat Mengenai Sesar Cugenang: Penyebab Gempa di Cianjur Masih Jadi Teka-Teki
Kesimpulannya, penyelidikan tentang Sesar Cugenang masih menjadi teka-teki yang perlu dipecahkan. Data dan analisis yang komprehensif dari kedua lembaga pemerintah ini sangat penting untuk memahami potensi bahaya gempa di Cianjur dan melindungi masyarakat dari potensi kerusakan akibat gempa di masa depan.
Penguatan kerja sama antara lembaga dan penelitian yang lebih mendalam diharapkan dapat menghasilkan kesimpulan yang lebih akurat dan dapat diandalkan dalam menghadapi potensi bahaya gempa di wilayah tersebut.