Example floating
Example floating
Teknologi Digital

Wajib Bayar Rp 15 Juta untuk Tetap Verifikasi di Twitter?

×

Wajib Bayar Rp 15 Juta untuk Tetap Verifikasi di Twitter?

Sebarkan artikel ini
Wajib Bayar Rp 15 Juta untuk Tetap Verifikasi di Twitter?
Wajib Bayar Rp 15 Juta untuk Tetap Verifikasi di Twitter?
Example 468x60

MEMO

Kebijakan baru Twitter, yang kini dikenal sebagai X, memerintahkan brand untuk mengalokasikan dana sebesar Rp 15 juta per bulan untuk iklan guna mempertahankan tanda verifikasi di akun mereka.

Elon Musk, pemilik perusahaan tersebut, merespons keputusan ini dengan alasan untuk melindungi platform dari akun palsu yang melonjak. Meskipun memberikan diskon pada iklan, kebijakan ini ternyata memberatkan bagi brand-brand kecil yang memiliki anggaran terbatas.

Elon Musk Tanggapi Kontroversi Kebijakan Baru Twitter yang Menggemparkan

Twitter, yang telah mengubah namanya menjadi X, mengumumkan kebijakan baru yang menarik perhatian. Para brand yang memiliki akun di platform tersebut sekarang diharuskan untuk mengalokasikan dana sebesar US$ 1.000 atau setara dengan Rp 15 juta per bulan.

Jika mereka menolak untuk mematuhi aturan ini, tanda verifikasi yang melekat pada akun mereka akan dihapus oleh perusahaan yang didirikan oleh Elon Musk.

Rincian kebijakan ini dilaporkan oleh The Wall Street Journal, yang mengungkapkan bahwa Twitter atau X kini menetapkan persyaratan bagi para pengguna brand agar tetap mempertahankan tanda centang verifikasi di akun mereka.

Kebijakan ini berarti brand-brand tersebut diharuskan untuk mengalokasikan dana yang cukup besar dalam kampanye iklan sebagai bagian dari upaya perusahaan untuk meningkatkan pendapatan.

Tanda centang verifikasi yang ada pada akun Twitter atau X sebelumnya berfungsi sebagai tanda keaslian dan keabsahan dari akun tersebut. Perubahan kebijakan ini mencakup penambahan warna pada tanda verifikasi sebagai bentuk identifikasi yang lebih jelas.

Elon Musk, pemilik Twitter, memberikan tanggapan melalui akun Twitternya mengenai laporan The Wall Street Journal. Ia menyatakan bahwa keputusan untuk memaksa brand untuk mengeluarkan dana tambahan ini bertujuan untuk mencegah adanya “jutaan akun” palsu yang dibuat di platform Twitter.

Dengan demikian, langkah ini diambil sebagai upaya untuk menjaga integritas dan kualitas pengguna di platform tersebut.

Kesulitan Bagi Brand Kecil: Diskon Iklan Twitter Tak Cukup Maknyus

Bagi brand yang enggan atau tidak mampu memenuhi kewajiban membayar iklan sebesar Rp 15 juta per bulan, Twitter memberikan alternatif lain. Mereka dapat memilih untuk membayar biaya langganan sejumlah yang sama untuk mendapatkan tanda centang verifikasi berbayar.

Selain itu, The Wall Street Journal juga melaporkan bahwa Twitter melakukan pemangkasan harga iklan di platform mereka. Contohnya, ada diskon sebesar 50 persen untuk booking iklan baru hingga batas waktu 31 Juli 2023.

Hal ini dilakukan dengan tujuan agar para pengiklan dapat meraih hasil yang maksimal terutama pada momen-momen penting seperti ajang olahraga atau acara besar lainnya.

Menurut laporan dari Engadget, kebijakan baru ini tidak akan berdampak besar bagi brand-brand besar dengan anggaran yang lebih besar. Namun, bagi brand-brand kecil, terutama milik Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) yang anggarannya terbatas, biaya minimum sebesar Rp 15 juta per bulan tentu akan menjadi sebuah beban yang cukup berat.

Perubahan kebijakan Twitter atau X ini telah menjadi perbincangan hangat di kalangan para pengguna dan brand yang aktif di platform tersebut. Hal ini juga menimbulkan beragam pendapat mengenai dampaknya terhadap para pengguna bisnis kecil dan menengah, serta implikasi bagi pasar iklan digital secara keseluruhan.

Kebijakan Kontroversial Twitter (X): Mewajibkan Brand Keluarkan Dana Iklan untuk Pertahankan Tanda Verifikasi

Twitter memberikan diskon iklan sebesar 50 persen untuk booking iklan baru hingga batas waktu tertentu. Langkah ini diambil untuk membantu para pengiklan mencapai hasil maksimal terutama pada momen-momen penting seperti ajang olahraga dan acara besar lainnya.

Meski demikian, perubahan kebijakan ini memberatkan brand-brand kecil, terutama yang merupakan Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM), yang memiliki keterbatasan anggaran.

 

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.