Kenaikan harga komoditas minyak goreng diprediksi belum reda dalam waktu dekat. Sebab, harga crude palm oil (CPO) alias minyak kelapa sawit sebagai bahan baku diproyeksikan masih bertahan tinggi selama beberapa bulan ke depan.
Dirjen Perdagangan Dalam Negeri Kementerian Perdagangan (Kemendag) Oke Nurwan mengatakan, harga minyak goreng diperkirakan bertahan di atas harga normal Rp 12.500 per liter.
Itu terjadi selama harga CPO belum kembali ke level normal.
Menurut dia, harga minyak goreng Rp 14.000 per liter diharapkan bisa menjadi harga keseimbangan baru di tengah harga CPO yang masih tinggi. Memang, belum semua masyarakat bisa merasakan minyak goreng kemasan sederhana dengan banderol Rp 14.000 per liter. Pemerintah pun mendorong penambahan suplai untuk pasar. Dari target 11 juta liter, baru sekitar 4 juta liter yang didistribusikan.
”Sebanyak 7 juta liter sisanya sebagian sudah dalam line distribusi, sebagian masih on going produksi. Karena memang produsen ini akhirnya harus membagi, produksi minyak goreng premium dan minyak goreng kemasan sederhana,” ujar Oke kepada Jawa Pos kemarin (6/1).
Selain soal produksi yang harus extra-effort, menurut Oke, distribusi turut menjadi kendala. Di antara 70 industri minyak goreng yang dilibatkan pemerintah dalam pengadaan operasi pasar 11 juta liter minyak goreng, sebagian besar berada di Indonesia bagian barat. ”Distribusi ke timur ini yang masih diupayakan supaya lancar dan optimal. Apalagi sekarang biaya-biaya logistik sedang mahal, produsen pasti ingin seefisien mungkin,” urainya.