Pemerintahan Prabowo Subianto dihadapkan pada tantangan besar dengan utang jatuh tempo mencapai Rp800 triliun pada tahun mendatang. Analisis ekonomi dan strategis menyoroti dampak potensial dari beban utang yang signifikan ini terhadap APBN dan program pembangunan nasional.
Utang Jatuh Tempo dan Tantangan Strategis Bagi Prabowo
Utang yang jatuh tempo pemerintah pusat diprediksi mencapai Rp800 triliun pada tahun mendatang, seiring masuknya masa pemerintahan Prabowo Subianto. Komposisi jumlah ini terdiri dari Rp705,5 triliun Surat Berharga Negara (SBN) dan Rp94,83 triliun pinjaman lainnya. Menteri Keuangan Sri Mulyani menegaskan bahwa besarnya utang yang jatuh tempo ini tidak akan menjadi masalah selama anggaran pendapatan dan belanja negara (APBN), kondisi ekonomi, serta stabilitas politik Indonesia tetap terjaga.
Pada tahun ini, total utang jatuh tempo pemerintah mencapai sekitar Rp673,16 triliun, dengan pembayaran utama per 30 April sebesar Rp434,29 triliun yang terdiri dari SBN sebesar Rp371,8 triliun dan pinjaman sebesar Rp62,49 triliun.
Namun, apakah utang sebesar Rp800 triliun di awal pemerintahan Prabowo akan berbahaya? Analis Senior dari Lembaga Aksi Ekonomi dan Strategis Indonesia, Ronny P Sasmita, menilai bahwa dengan kondisi ekonomi dalam negeri yang relatif kuat, besarnya utang yang jatuh tempo pada tahun depan tidak terlalu mengkhawatirkan. Meskipun demikian, peningkatan utang yang signifikan selama pemerintahan sebelumnya, di bawah kepemimpinan Presiden Joko Widodo, telah membuat beban utang meningkat secara drastis.
Pada bulan April 2024, utang pemerintah mencapai Rp8.338 triliun, lebih dari tiga kali lipat dari posisi pada akhir 2014. Hal ini menunjukkan bahwa selama hampir sepuluh tahun pemerintahan Jokowi, utang negara telah meningkat sekitar Rp5.724 triliun.
Ronny juga menyoroti bahwa besarnya utang ini dapat menghambat kemampuan pemerintah dalam menjalankan program-program besar, seperti janji-janji Prabowo. Dengan sekitar 60% anggaran belanja APBN yang terpakai untuk biaya rutin dan operasional, hanya 40% sisanya yang dapat digunakan untuk program-program prioritas. Namun demikian, pengeluaran untuk membayar bunga utang juga harus dipertimbangkan.
Dampak dan Strategi Pengelolaan Utang Pemerintah
Ronny mengemukakan bahwa Prabowo memiliki pilihan terbatas untuk mengatasi masalah ini. Pertama, adalah dengan menekan pengeluaran rutin, yang mungkin sulit dilakukan tanpa mengubah kebijakan yang signifikan. Kedua, adalah dengan meningkatkan pendapatan negara, tetapi ini juga merupakan tantangan besar dalam situasi ekonomi yang sulit. Ketiga, adalah dengan meningkatkan pemasukan dari utang baru, namun ini juga akan membawa risiko besar terhadap APBN di masa mendatang.
Direktur Eksekutif Pusat Studi Ekonomi dan Hukum (Celios), Bhima Yudhistira, menambahkan bahwa utang jatuh tempo sebesar Rp800 triliun di tahun 2025 akan menjadi ujian berat bagi APBN. Dalam kondisi fiskal yang sudah terbebani, pemerintah kemungkinan akan kembali mengandalkan penerimaan pajak untuk menutupi defisit yang semakin melebar.
Dalam perspektifnya, Yusuf Rendy Manilet dari Center of Reform on Economics (CORE) Indonesia menyarankan agar pemerintah baru tetap hati-hati dalam mengelola utang baru. Penambahan utang yang tidak terkendali dapat membatasi ruang fiskal dan mempersulit pelaksanaan program-program pembangunan yang diperlukan.
Dengan demikian, utang jatuh tempo yang signifikan ini memerlukan strategi yang matang dari pemerintahan baru untuk mengelola anggaran dengan efektif, meminimalkan risiko, dan memastikan keberlanjutan pertumbuhan ekonomi nasional.
Utang Jatuh Tempo Rp800 Triliun: Tantangan Besar bagi Pemerintahan Prabowo
Dalam menghadapi utang jatuh tempo yang besar ini, Prabowo Subianto harus mempertimbangkan dengan matang strategi pengelolaan anggaran yang efektif. Pilihan yang tersedia, seperti menekan pengeluaran rutin atau meningkatkan pendapatan negara, tidak datang tanpa risiko. Selain itu, kebijakan untuk mengandalkan utang baru sebagai sumber pendanaan harus diimbangi dengan kehati-hatian agar tidak membebani fiskal di masa mendatang.