MEMO – Presiden Amerika Serikat, Donald Trump, mengeluarkan peringatan keras dengan ancaman tarif impor 100% terhadap negara-negara BRICS jika mereka beralih menggunakan mata uang alternatif untuk menggantikan dolar AS.
Menanggapi isu panas ini, Indonesia—yang baru saja resmi menjadi anggota BRICS sejak Januari 2025—menegaskan bahwa tidak tertarik dengan agenda dedolarisasi yang belakangan menjadi perbincangan di antara negara-negara anggota BRICS.
“Setahu saya, bahkan di antara negara-negara BRICS terdahulu ketika Indonesia belum menjadi anggota, isu dedolarisasi ini masih sebatas wacana. Itu pun hanya sebagai kemungkinan kerja sama yang belum mengerucut menjadi keputusan konkret,” ujar Juru Bicara Kemlu RI, Roy Sumirat, dalam konferensi pers di Jakarta, Jumat (7/2/2025).
Menurut Roy, Indonesia bergabung dengan BRICS bukan untuk mendukung dedolarisasi, melainkan untuk berkontribusi dalam menangani kesenjangan ekonomi global, terutama di negara-negara Global Selatan yang selama ini mengalami ketimpangan ekonomi yang signifikan.
“Yang pasti, sejak awal Indonesia telah menyatakan dengan jelas bahwa kami tidak tertarik dengan isu dedolarisasi. Fokus kami di BRICS adalah memperkuat kerja sama dalam berbagai sektor dan mengimplementasikan keanggotaan secara optimal,” tegasnya.