Example floating
Example floating
Berita

Terungkap! Rahasia Sukses Jokowi Mengatasi Kemacetan dan Polusi di Jabodetabek

×

Terungkap! Rahasia Sukses Jokowi Mengatasi Kemacetan dan Polusi di Jabodetabek

Sebarkan artikel ini
Terungkap! Rahasia Sukses Jokowi Mengatasi Kemacetan dan Polusi di Jabodetabek
Terungkap! Rahasia Sukses Jokowi Mengatasi Kemacetan dan Polusi di Jabodetabek
Example 468x60

MEMO

Presiden Joko Widodo (Jokowi) meresmikan LRT Jabodebek di Stasiun Cawang, Jakarta, membawa harapan baru untuk mengatasi masalah kemacetan dan polusi yang telah lama menghantui kawasan Jabodetabek. Dalam upayanya untuk mendorong masyarakat beralih dari transportasi pribadi ke massal, Jokowi menggambarkan pentingnya LRT Jabodebek sebagai solusi yang akan membantu mengurangi dampak negatif lalu lintas dan polusi udara. Bagaimana pembangunan LRT ini berjalan dan apa dampaknya? Mari kita telaah lebih lanjut.

Presiden Jokowi Meresmikan LRT Jabodebek untuk Solusi Transportasi Massal Terbaru

Presiden Jokowi secara resmi membuka LRT Jabodebek di Stasiun Cawang, Jakarta, pada hari Senin (28/8/2023). Dalam sambutannya, Jokowi mengungkapkan bahwa pengoperasian LRT Jabodebek akan membantu mengatasi kemacetan lalu lintas dan polusi udara di kawasan Jabodetabek.

Beliau berharap agar masyarakat dapat beralih menggunakan layanan LRT dari Cibubur dan Bekasi, dengan tujuan mengurangi kemacetan dan dampak polusi. Jokowi menyampaikan harapannya ini di Stasiun Cawang.

Jokowi juga mencatat bahwa DKI Jakarta selalu masuk dalam daftar 10 kota paling padat lalu lintas di dunia, yang disebabkan oleh masuknya hampir satu juta kendaraan ke Jakarta setiap harinya.

“Karena alasan inilah, kemacetan dan polusi selalu menjadi masalah di Jakarta. Oleh sebab itu, berbagai proyek transportasi massal seperti MRT, LRT, KRL, TransJakarta, BRT, dan Kereta Bandara dibangun untuk mendorong masyarakat untuk beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal,” kata Jokowi.

Pentingnya LRT Jabodebek dalam Mengurai Kemacetan dan Polusi di Jabodetabek

Jokowi juga mengakui bahwa tidak mudah bagi masyarakat untuk beralih ke transportasi massal. Sebagai contoh, MRT Jakarta memiliki kapasitas harian sebesar 180.000 penumpang, tetapi saat ini hanya mengangkut sekitar 80.000 penumpang, yang berarti masih ada kapasitas yang belum terisi.

Baca Juga  Longsor Akibat Cuaca Ekstrem di Batam: Lima Rumah Rusak, 4 Korban Masih Dicari

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.