“Juga ada aturan yang membolehkan pengadaan barang dan jasa terkait kebutuhan penanganan COVID-19 melalui PL,” terang Pantjarara.
Mesin PCR Multy Fungsi, Tidak Mahal
Soal tudingan mesin PCR Roche yang dibeli kelewat mahal, Pantjarara menyangkal. Ia menyebut mesin kategori medium. Tidak terlalu mahal dan juga terlalu murah, serta sesuai dengan alokasi anggaran. Harga satu paket mesin yang terdiri dari tiga unit Rp2,3 miliar.
Sementara pagu anggaran Rp 2,7 miliar. Selain kapasitas yang relatif besar, kata Pantjarara mesin juga memiliki kelebihan multi fungsi, yakni bisa dipakai untuk swab test penderita HIV/AIDS dan hepatitis.
“Mesin ini termasuk middle atau sedang. Tidak terlalu mahal dan tidak terlalu murah,” kata Pantjarara.
DPR Cecar Tentang Pengadaan 5000 Reagen
Dalam raker legislatif, Sekertaris Komisi IV Medi Wibawa juga mencecar pertanyaan soal pembelian 5.000 reagen PCR senilai Rp1,5 miliar. Bandrol sekali swab test di RSUD Srengat Rp300 ribu. Sementara sejak Oktober 2020, mesin PCR masih melakukan 3.950 swab test. Antara pendapatan dan anggaran yang dikeluarkan, apakah sebanding.
Pantjarara mengatakan, pembelian 5.000 reagen dilakukan bertahap. Tahap awal 1.500 reagen dan 3.500 reagen selebihnya melihat situasi perkembangan COVID-19 di Kabupaten Blitar.
“Soal reagen juga tidak harus merk yang sama dengan mesin. Bisa open chanel atau merk lain sesuai hasil pertemuan dengan pihak penyedia barang. Sementara memakai reagen merk yang sama dengan mesin agar garansi tidak hangus,” ujar Pantjarara.