Palu, memo.co.id
Sabtu tanggal 20 Agustus 2016 pkl 09.07 Wita bertempat di Kampung Nelayan Jl.Komodo Palu Prov.Sulteng telah berlangsung acara Dialog dari BNPT bekerjasama dgn FKPT Prov.Sulteng dgn tema ” Pelibatan Masyarakat Dalam Mencegah Paham Radikal Terorisme Melalui Perspektif Sosial Budaya di Provinsi Sulawesi Tengah.
Acara tersebut dihadiri Prof.Dr.Moh.Irfan Idris Direktur Deradikalisasi (BNPT), Dr.H.Mukhtadin (Dosen IAIN Kota Palu), Dr.Timudin (Sekretaris dewan adat Kota Palu), Dr.Muzakir Tawil.Msi ( Ketua FKPT Prov.Sulteng), Perwakilan tokoh Pemuda Kota Palu, Perwakilan Tokoh Agama Kota Palu, Perwakilan Tokoh Masyarakat Kota Palu, Perwakilan Tokoh Budaya Kota Palu, Ustad Ali Fauzi, Ikrima, Abu Ridho ( Mantan Teroris Indonesia).
Dalam kegiatan tersebut sebagai nara smber Ust.Ali Fauzi, Ikrima, Abu Ridho (Mantan Teroris Indonesia).
Acara dibuka oleh Prof. Dr. Moh. Irvan Idris dalam sambutan Direktur Deradikalisasi (BNPT) menyampaikan Kami dari BNPT sejak dibentuk mulai dari tahun 2010 hingga sampai sekarang ini sdh kami lakukan dengan langkah merangkul seluruh elemen bangsa, karena menyangkut Sosial Budaya, maka Palu dan Poso menjadi ikon Dunia,karena kami di bawah Direktorat Pengamanan kami akan membahas tentang tindakan pengamanan dan pencegahan teror di Indonesia, ” Ungkapnya.
“Mencegah dari paham yang dapat merusak yaitu Paham Radikal ( Paham Rusak ) dengan menyalahkan orang lain dan berbuat merugikan orang lain/orang banyak. Kami membuat UU 12 thn 2003 tentang paham Deradikalisasi ( yang artinya Pembinaan),yang bertujuan membina dan pencegahan dini terhadap aksi-aksi teror di Indonesia, ” jelas Prof. Dr. Irvan.
Kegiatan seminar dilanjutkan paparan dan Dialog dgn Bpk.Ustad Fuad Ali yang merupakan angkatan pertama yang berlatih di Mindau Fhilipina dengan topik “Pencegahan Paham Radikal”, pada intinya Teror merupakan masih suatu ancaman di Indonesia,dengan maraknya aksi teror di Indonesia, sekarang sasarannya aparat TNI dan Polri,terakhir terjadi aksi teror di Polsek Solo Jawa-Tengah, Dulu melakukan teror banyak dilakukan dengan bom Mobil,sekarang hanya menggunakan Bom Ecek-ecek saja, serta menghimbau mari kita ciptakan kerukunan umat beragama,agar tercipta suasana aman dan sejahtera, ” tukasnya.
Pada saat pasca terjadinya BOM Bali, bahwa 85 persen mahasiswa perguruan tinggi di Indonesia tidak percaya kalau yang melakukan aksi teror itu adalah Amrozi,karena yang meledak di Legian Bali mrpkan jenis High Explosive hanya dipunyai oleh negara besar saja. Sehingga banyak muncul saling tuduh, harus diluruskan teroris juga bisa membuat bom dan meledakkan.
Saya Perlu membuka tabir yang sering di tutup-tutupi mengenai tayangan benang merah di acara dengan benang merah sejarah sebenarnya saya sampaikan di sini, Tahun 1993 terjadi Perpecahan di tubuh JI,sehingga terbagi 2,Thn 1994 saya bergabung dengan JI dan saya merupakan alumni pertama Akademi Mindanau Selatan Fhilipina.
Adapun Pok terorisme yang bermain di Indonesia sekarang ini adalah Pertama Pok aman Abdurahman yang di tangkap di daerah Cimanggis Depok Jawa Barat, yang Kedua Pok MIT (Mujahidin Indonesia Timur) Santoso, Abu Wardah.(fangid)