MEMO – Kementerian Pertanian (Kementan) terus menggencarkan program Brigade Pangan (BP) sebagai salah satu strategi dalam mengoptimalkan lahan pertanian dan mencapai swasembada pangan nasional. Program ini tidak hanya berfokus pada peningkatan produksi, tetapi juga dirancang untuk mendukung kesejahteraan petani melalui teknologi modern dan akses pembiayaan yang lebih mudah.
Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman menegaskan bahwa Brigade Pangan tidak hanya sekadar program optimalisasi lahan, tetapi juga bertujuan untuk menjadi model pemberdayaan petani secara berkelanjutan.
“Brigade Pangan adalah pasukan utama dalam sektor pertanian yang terdiri dari petani, penyuluh pertanian, Babinsa, ASN Kementan, serta generasi muda. Program ini menjadi garda depan untuk mendorong peningkatan produktivitas pertanian, terutama bagi petani milenial,” ungkap Mentan Amran.
Kepala Badan Penyuluhan dan Pengembangan SDM Pertanian (BPPSDMP), Idha Widi Arsanti, mengungkapkan bahwa Brigade Pangan diharapkan dapat meningkatkan produktivitas lahan pertanian. Jika sebelumnya lahan hanya bisa menghasilkan satu kali panen, kini dengan sistem ini ditargetkan mampu mencapai dua hingga tiga kali panen dalam satu tahun.
“Langkah ini sejalan dengan arahan Presiden Prabowo dan Mentan Amran untuk mewujudkan Indonesia sebagai lumbung pangan dunia. Kolaborasi yang solid dari seluruh pihak sangat diperlukan untuk mencapai target ini,” jelasnya.
Dalam pelaksanaannya, program ini juga akan melibatkan penyuluh pertanian dan Babinsa sebagai mentor dan pendamping, yang nantinya akan mendapatkan Surat Keputusan (SK) dari pusat guna memperkuat sistem pengawasan dan efektivitas program.
Staf Khusus Menteri Pertanian, Sam Herodian, mengungkapkan bahwa program ini telah mendapatkan alokasi anggaran sebesar Rp 3 miliar, yang akan digunakan untuk meningkatkan produktivitas lahan dan kesejahteraan petani.
Tak hanya menyediakan bantuan alat dan mesin pertanian (alsintan), petani juga diberikan akses pinjaman Kredit Usaha Rakyat (KUR) super mikro sebesar Rp 150 juta untuk mendukung pengelolaan lahan.
Bahkan, bagi petani yang membutuhkan tambahan modal lebih besar, tersedia pinjaman hingga Rp 2 miliar dengan bunga hanya 3 persen.