Tutik menambahkan, pasar tradisiomal memang masih memiliki banyak tantangan agar bisa sejalan dengan bertumbuh bersama pasar modern, di antaranya adalah belum memiliki tempat dagang yang nyaman, branding toko, dan masih menjunjung tinggi nilai sosial budaya saat berbelanja seperti tawar menawar antara pedagang dan pembeli bahkan bisa bergosip.
Selain itu, kata Dia, juga ada masalah margin harga. Ini terjadi karena pedagang tidak bisa langsung membeli barang ke pabriknya tapi harus melewati sales kesekian sehingga barang yang dijual toko tradisional cenderung lebih mahal dari toko modern akibat cost logistic.
Sejumlah pedagang tradisional di Situbondo meniai dalam program perdagangan memang sempat terkena imbas adanya pasar modern.
Hanya saja, kata Tutik, masih ada tantangan yang harus dihadapi pasar tradisional untuk bisa maju dan profesional yakni masalah SDM atau pengelola pasar.
“Selama ini rakyat atau pedagang itu enggak mau tau, dan bersikap apatis, takut dan SDM nya lemah. Kalau ada lembaga seperti RT atau RW di tiap wilayah pasar, maka mereka dipaksa dengan sistem, lalu ada hak dan kewajiban untuk melakukan hal yang lebih baik, misalnya menjaga kebersihan,” imbuhnya.(edo)
The post Sejumlah Revitalisasi Pasar Tradisional Di Situbondo Harus SNI appeared first on Memo Surabaya.
[ad_2]