Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengawasi dengan cermat potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang berpotensi memengaruhi harga Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Penyebab utamanya adalah ketegangan dalam konflik Palestina-Israel, yang memunculkan kekhawatiran terhadap pasokan energi global.
Jokowi juga menyoroti tantangan yang semakin kompleks di masa depan, termasuk konflik Rusia-Ukraina yang berdampak pada krisis pangan. Dalam artikel ini, kami akan membahas dampak kenaikan harga energi global terhadap harga BBM di Indonesia serta ancaman lain yang dihadapi, seperti perubahan iklim dan fenomena El Nino.
Presiden Jokowi Siapkan Langkah Cerdas Hadapi Kenaikan Harga Minyak Dunia
Presiden Joko Widodo (Jokowi) saat ini tengah memantau potensi kenaikan harga minyak mentah dunia yang akan berdampak pada harga jual Bahan Bakar Minyak (BBM) di dalam negeri. Ini disebabkan oleh kekhawatiran terkait gangguan pasokan global yang muncul akibat berlarutnya konflik antara kelompok Hamas Palestina dan Israel.
Dalam penjelasannya, Jokowi menyatakan bahwa tantangan yang akan dihadapi oleh pemimpin masa depan akan semakin rumit. Ini disebabkan oleh berlanjutnya konflik Rusia-Ukraina yang telah menyebabkan krisis pangan. Sekarang, dunia juga khawatir dengan kemungkinan lonjakan harga energi akibat perang di Palestina-Israel.
“Dampak dari kenaikan harga pangan sebelumnya adalah hasil dari konflik di Ukraina. Kami khawatir bahwa harga energi juga akan naik akibat konflik Palestina-Israel,” ujar Jokowi saat membuka Rapat Kerja Nasional (Rakernas) VI Projo pada Senin (16/10/2023).
Presiden Jokowi menjelaskan bahwa kenaikan harga komoditas energi di pasar global akan berdampak pada penyesuaian harga produk BBM di dalam negeri, baik itu BBM non-subsidi seperti Pertamax maupun BBM subsidi seperti Pertalite.
“Harga energi ini termasuk dalam bensin seperti Pertamax dan Pertalite. Kami tidak ingin menakut-nakuti, tetapi jika konflik tidak segera terselesaikan, harga BBM di pasar global pasti akan naik,” tambahnya.
Ancaman Perubahan Iklim: Indonesia dalam Misi Perlindungan Lingkungan
Selain masalah harga energi, Presiden Jokowi juga menyoroti ancaman lainnya, seperti perubahan iklim yang sudah nyata dan berdampak pada semua negara di seluruh dunia, termasuk Indonesia. Salah satunya adalah fenomena El Nino atau musim kemarau yang berkepanjangan.
“Beberapa bulan yang lalu, kita merasakan panas yang luar biasa di seluruh dunia, termasuk di Indonesia, karena dampak El Nino. Ini tidak hanya berpengaruh pada cuaca panas, tetapi juga memengaruhi produksi pangan kita,” jelasnya.
Perlu diingat bahwa harga minyak mentah dunia naik pada Senin (16/10/2023) setelah Israel melakukan serangan darat di Gaza.
Hari ini, pada Senin (16/10/2023), harga minyak mentah WTI naik sebanyak 0,03% menjadi US$ 87,72 per barel, begitu juga dengan minyak mentah Brent yang naik sebanyak 0,10% menjadi US$ 90,98 per barel.
Pada Jumat (13/10/2023), harga minyak mentah WTI naik sebanyak 5,77% menjadi US$ 87,69 per barel, begitu juga dengan minyak mentah Brent yang naik sebanyak 5,69% menjadi US$ 90,89 per barel.
Kenaikan harga minyak ini mencapai hampir 6% pada hari Jumat, dengan Brent mencatatkan kenaikan mingguan tertinggi sejak Februari, karena investor khawatir bahwa konflik di Timur Tengah akan meluas setelah Israel memulai serangan darat di Jalur Gaza.
Presiden Jokowi Mewaspadai Dampak Kenaikan Harga Minyak Dunia dan Ancaman Lainnya
Dengan begitu banyak ancaman global yang harus dihadapi, kepemimpinan yang bijak diperlukan untuk mengatasi permasalahan ini. Presiden Jokowi mengingatkan kita akan pentingnya mengambil tindakan tegas dalam menghadapi krisis energi dan perubahan iklim.
Semua negara, termasuk Indonesia, harus bersiap menghadapi tantangan ini. Masa depan kita tergantung pada bagaimana kita merespons dan merencanakan langkah-langkah yang efektif untuk menjaga stabilitas dan kesejahteraan bangsa.