Tim MF memberikan materi tentang Pengelolaan TOGA dan Budidaya Temulawak. Prof. Syamsudin, selaku ketua pengusul, menjelaskan bahwa Temulawak (Curcuma xanthorhiza Roxb) memiliki banyak manfaat, salah satunya sebagai potensi antikanker payudara. Komponen aktif yang berpotensi sebagai antikanker dalam temulawak adalah kurkuminoid dan xanthorrhizol.
Oleh karena itu, dalam pengembangan produk yang didanai melalui skema MF ini, penelitian melibatkan ahli teknologi farmasi seperti Prof. Taher, yang membantu dalam perbaikan formulasi nanopartikel, dan Assoc. Prof. Deny Susanti, yang meninjau kandungan aktif kimia.
Harapan besar dari kegiatan ini adalah membantu mitra kolaborasi Dunia Usaha Dunia Industri (DUDI), yaitu PT. Indofarma Tbk, dalam pengembangan teknologi terkait sumber temulawak dan bahan baku obat tradisional. Kegiatan ini mendukung tujuan tersebut karena telah dibuat kebun percontohan temulawak di daerah Megamendung yang bisa dijadikan basis untuk komersialisasi.
Semoga kegiatan ini membuka jalan untuk mewujudkan konsep penta helix, di mana akademisi, pelaku usaha, pemerintah, komunitas, dan media massa berkolaborasi untuk mencapai kemandirian dalam penyediaan bahan baku obat tradisional asli Indonesia.
Menggalang Kolaborasi Menuju Kemandirian Bahan Baku Obat Tradisional
Dalam rangka menuju kemandirian dalam penyediaan bahan baku obat tradisional asli Indonesia, kolaborasi antara akademisi, pelaku usaha, pemerintah, komunitas, dan media massa adalah kunci. Semoga kegiatan ini menjadi langkah awal yang signifikan dalam mewujudkan visi penta helix untuk kesejahteraan bersama.