Pentingnya kesejahteraan petani dalam pertanian Indonesia menjadi sorotan utama. Namun, pengukuran yang saat ini digunakan, seperti Nilai Tukar Petani (NTP), terbukti kurang memadai. Artikel ini mengulas permasalahan ini serta menyoroti pandangan Aditya Alta, Kepala Penelitian di Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), yang menekankan perlunya pendekatan yang lebih holistik.
Kami akan menjelajahi kendala yang dihadapi dan mencari solusi untuk memahami kesejahteraan petani secara lebih akurat.
Permasalahan dalam Pengukuran Kesejahteraan Petani Indonesia
Lebih dari seperempat populasi Indonesia bergantung pada sektor pertanian. Meningkatkan kesejahteraan para petani harus menjadi salah satu fokus utama pemerintah. Sayangnya, pencapaian tujuan ini masih jauh dari harapan, terutama karena pendekatan yang digunakan dalam mengukur tingkat kesejahteraan belum cukup akurat.
Nilai Tukar Petani (NTP), yang selama ini dijadikan patokan utama dalam menilai kesejahteraan petani Indonesia, ternyata belum mampu mencerminkan secara menyeluruh pendapatan sebenarnya dan tingkat kesejahteraan mereka.
Alasannya, NTP hanya mempertimbangkan aspek-aspek tertentu seperti perbandingan harga-harga tanpa memasukkan berbagai faktor penting seperti pekerjaan tambahan, kepemilikan aset pribadi, dan lain sebagainya.
Aditya Alta, yang menjabat sebagai Kepala Penelitian di Center for Indonesian Policy Studies (CIPS), menggarisbawahi perlunya pendekatan yang lebih tepat dalam memahami kesejahteraan petani. Penggunaan NTP saat ini dianggap terlalu terbatas karena hanya berfokus pada perbandingan harga, tanpa memperhatikan pendapatan sebenarnya dan biaya hidup yang harus ditanggung oleh para petani.
Penggunaan NTP belum bisa memberikan gambaran yang lengkap mengenai kesejahteraan petani karena fluktuasi harga hasil pertanian tidak selalu berdampak pada peningkatan pendapatan mereka.
Saat ini, upaya pemerintah untuk meningkatkan kesejahteraan petani lebih difokuskan pada peningkatan produksi dan penyediaan bantuan sosial. Ini termasuk program subsidi dan bantuan dalam bentuk uang, bahan pokok, pendidikan, serta pelayanan kesehatan.
Menurut Aditya, diperlukan pendekatan yang lebih holistik dalam mengukur kesejahteraan petani. Pendekatan ini harus mampu mencerminkan tingkat kesejahteraan petani dan keluarga mereka dengan lebih akurat, dengan mempertimbangkan konteks geografis, jenis tanaman yang ditanam, sumber penghasilan tambahan, dan faktor sosial-ekonomi lainnya.
Aditya Alta: Menggagas Pendekatan Baru untuk Petani yang Lebih Bahagia
Kesejahteraan petani seharusnya dipandang sebagai hasil dari interaksi kompleks antara faktor-faktor kontekstual, sumber penghidupan, kebijakan, dan institusi yang ada, serta strategi penghidupan yang mereka terapkan.