Dapat dikatakan bahwa upaya pembangunan kota Tianducheng dapat dianggap sebagai kegagalan. Harga properti di kota ini cukup tinggi, dan bahkan upaya untuk menjadikannya sebagai destinasi wisata juga tidak membuahkan hasil yang signifikan.
Menurut Nomadasaurus, kunjungan ke kota ini umumnya dilakukan oleh wisatawan yang ingin melihat-lihat saja. Beberapa datang dengan peralatan fotografi lengkap, namun tujuan mereka hanya sebatas mengambil foto pernikahan atau momen perjalanan singkat.
Salah satu alasan mengapa kota ini dapat dianggap sebagai kota mati mungkin berkaitan dengan lokasinya yang tidak strategis. Kota ini dikelilingi oleh lahan pertanian yang luas, sehingga jarak antara Tianducheng dengan pusat stasiun kereta Hangzhou memerlukan waktu perjalanan sekitar satu jam.
Tidak hanya akses transportasi yang buruk, kota ini juga seringkali tertutup oleh kabut polusi yang membuat langit selalu tampak kelabu. Polusi berat ini berasal dari pabrik-pabrik yang berlokasi di sekitar Tianducheng.
Taman-taman yang berada di sekitar replika ‘Menara Eiffel’ juga tampak kotor dengan sampah dan tanaman liar yang tumbuh. Keberadaan sapi yang berkeliaran bebas juga menambah buruknya standar sanitasi di kota ini. Mungkin semua ini juga menjadi alasan mengapa Tianducheng dijuluki sebagai salah satu kota mati di China.
Misteri Kota Mati Tianducheng: Kenapa Kota Tiruan Paris di China Terabaikan?
Mengambil pelajaran dari kota mati Tianducheng, kita diingatkan akan pentingnya menggabungkan berbagai faktor, mulai dari aksesibilitas hingga lingkungan yang sehat, dalam merencanakan dan mengembangkan kota.
Tianducheng menjadi contoh yang nyata tentang bagaimana harapan dan mimpi bisa bertabrakan dengan realitas yang kompleks, dan memberi kita pemahaman yang lebih dalam tentang apa yang sebenarnya diperlukan untuk menciptakan sebuah kota yang berkembang dan sukses.