Jember, Memo
Siapa sangka, produk rumahan berupa jajanan atau produksi kue mampu bertahan di tengah pandemi dan bahkan menyelamatkan korban PHK terhadap para karyawannya. Ini berbeda dengan produk pabrikan yang rawan dengan pemutusan hubungan kerja terhadap karyawan karyawannya.
Di sebuah kampung, tepatnya di desa Tegal Rejo, Kecamataan Mayang, Jember, Jawa Timur, sudha cukup dikenal masyarakat luas, sebagai sentra kuliner. Terutama produksi kue kacang atau disebut kucang. Desa ini memiliki potensi sebagai sentra kuliner.
Walau wabah cukup banyak berdampa pada keberlangsungan usaha, kue tradisionil dengan citra rasa ciri khas itu masih tetap disukai mayoritas warga dari beragam pelosok wilayah di tanah air.
“Alhamdulillah, kue kucang yang kita produksi sampai sekarang ini ada banyak disukai sampai dikirimkan ke beragam wilayah,” kata pengrajin kue kucang di Dusun Tegal Rejo, Ika Hidayatul Rohma .
Ika mengutarakan, tiap hari ada sekitar 500 sampai 1.000 topeles berisi 1 kg kue kucang dibuat di home industri yang sudah jalan sepanjang beberapa puluh tahun itu.
“Material dasar pembikinan kue kucang yaitu tepung, telur dan kacang. Untuk jaga cita-rasa karena itu kita selalu tentukan bahan berkualitas yang selalu terlindungi dan disamakan dengan kemauan pasar,” ungkapnya.
Ika akui, wabah tidak berpengaruh pada turunnya keinginan kue kucang. Bahkan juga, beberapa pengrajin di teritori itu, sanggup mempernyerap tenaga kerja dari beberapa bidang yang terimbas Pemutusan Jalinan Kerja (PHK) karena wabah Covid-19.