
Ditemukannya cadangan gas bumi yang signifikan di beberapa wilayah Indonesia membuka panorama cerah bagi industri energi. Temuan terbaru, termasuk cadangan besar di Geng North dan Blok Andaman II, menandai potensi besar untuk pertumbuhan ekonomi energi di masa depan.
Cadangan Gas Indonesia Membuat Industri Bergairah
Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Arifin Tasrif menyatakan bahwa masa depan industri gas bumi di Indonesia terlihat cerah. Hal ini terjadi karena penemuan berbagai cadangan gas bumi baru-baru ini di beberapa wilayah di Indonesia.
Salah satunya adalah penemuan cadangan gas di Wilayah Kerja North Ganal, sumur Geng North-1 di Kalimantan Timur oleh Eni. Wilayah ini memiliki cadangan yang signifikan dengan perkiraan awal Gas in Place mencapai 5 triliun cubic feet (tcf).
“Kami bersyukur atas penemuan baru di Geng North, Eni berencana masuk pada tahun 2028, dengan cadangan lebih dari 5 TCF dan juga kondensat,” ungkap Arifin di Gedung Kementerian ESDM pada Jumat (5/1/2024).
Penemuan lainnya adalah di sumur Timpan-1 Blok Andaman II yang dioperasikan oleh Premier Oil. Saat ini, operator sedang melakukan penelitian lebih lanjut untuk menemukan cadangan minyak dan gas bumi di blok tersebut dengan rencana pengeboran lanjutan.
Ada juga temuan di sumur eksplorasi Layaran-1 di Blok South Andaman, sekitar 100 kilometer dari pantai utara Sumatera, Indonesia oleh perusahaan energi dari Uni Emirat Arab (UEA), Mubadala Energy. Layaran-1 memiliki potensi cadangan mencapai 6 triliun kaki kubik (TCF) gas-in-place.
“Kami memiliki target mencapai 12 BSCFD pada tahun 2030, termasuk Masela, Geng North, Timpan, dan Layaran. Saat ini kami sudah mencapai 11,1, masih kurang 0,9. Kami harus mempersiapkan infrastrukturnya. Jika ada gas namun tidak dapat diangkut, maka akan menjadi masalah,” tambahnya.
Penemuan Signifikan di Geng North dan Blok Andaman II
Sebelumnya, Sekretaris Jenderal Dewan Energi Nasional (DEN) Djoko Siswanto menyadari bahwa untuk memanfaatkan gas bumi secara optimal di Indonesia, infrastruktur gas memiliki peran yang krusial. Salah satu contohnya adalah pembangunan transmisi pipa gas bumi Cirebon-Semarang (CISEM).
“Awalnya pembangunan itu tidak mendapat biaya dari APBN, namun sekarang pembangunan pipa transmisi dari Cirebon ke Semarang sudah didukung APBN dengan anggaran mencapai Rp 3 triliun selama 3 tahun,” ungkapnya.
Selain itu, pemerintah juga akan mendorong pembangunan transmisi pipa gas bumi Dumai-Sei Mangkei yang merupakan bagian dari Proyek Strategis Nasional (PSN). Dengan semua jaringan transmisi terhubung dengan baik, Indonesia dapat memanfaatkan sumber gas secara keseluruhan.
“Jika semua jaringan sudah terhubung, kita bisa memanfaatkan gas secara maksimal untuk kebutuhan dalam negeri, sesuai dengan peraturan pemerintah tentang kebijakan energi Nasional Nomor 79 tahun 2014 yang menargetkan hingga tahun 2036, kita akan fokus pada pemakaian dalam negeri setelah infrastruktur terpasang,” paparnya.
Potensi Gas Bumi Indonesia: Prospek Cerah dan Tantangan Infrastruktur Menuju Pemanfaatan Dalam Negeri
Sekretaris Jenderal DEN, Djoko Siswanto, menyoroti peran infrastruktur gas dalam optimalisasi pemanfaatan gas bumi di Indonesia. Dukungan pemerintah terhadap proyek-proyek transmisi pipa gas, seperti CISEM dan Dumai-Sei Mangkei, menandakan keseriusan dalam memperluas jaringan infrastruktur untuk mendukung penggunaan gas bumi secara luas di dalam negeri.
Hal ini sejalan dengan target pemerintah untuk mengalihkan fokus dari ekspor gas bumi ke pemakaian dalam negeri pada tahun-tahun mendatang.