Inggris juga memiliki tujuan untuk menggunakan bahan bakar hijau dalam penerbangan. Pemerintah setempat telah mengumumkan keputusan untuk mewajibkan maskapai penerbangan menggunakan minimal 10% SAF pada tahun 2030 mendatang.
Namun, kebijakan penggunaan SAF dalam penerbangan juga mendapat kritik. Magdalena Heuwieser dari Stay Grounded mengkritik tindakan tersebut, menganggapnya sebagai upaya penyamarataan oleh industri penerbangan untuk menciptakan kesan ramah lingkungan.
Heuwieser lebih menekankan pentingnya untuk mengurangi jumlah penerbangan guna mencegah dampak yang lebih besar terhadap iklim. Dia mengatakan, “Upaya tersebut sama sekali tidak dapat ditingkatkan dalam skala besar, dalam waktu yang dibutuhkan untuk mencegah kerusakan pada iklim. Yang dibutuhkan adalah mengurangi penggunaan bahan bakar fosil untuk pesawat terbang, yaitu dengan mengurangi jumlah penerbangan.” ujar Heuwieser kepada Reuters.
Meningkatkan Perjalanan Udara Tanpa Avtur: Tinjauan atas Bahan Bakar Hijau dalam Industri Penerbangan dan Kritik terhadap Langkah-Langkah Ramah Lingkungan
Boeing 787 milik Virgin Atlantic berhasil melaksanakan penerbangan transatlantik tanpa menggunakan avtur, menggantinya dengan bahan bakar hijau yang inovatif. CEO Virgin Atlantic, Shai Weiss, mendukung penggunaan Sustainable Aviation Fuel (SAF) sebagai langkah yang menjanjikan bagi industri penerbangan tanpa karbon.
Meskipun langkah ini menunjukkan potensi pengurangan emisi hingga 70%, kritik dari pihak seperti Magdalena Heuwieser menekankan perlunya pengurangan jumlah penerbangan secara keseluruhan sebagai solusi yang lebih efektif terhadap masalah iklim.
Inggris juga berkomitmen untuk menggunakan bahan bakar hijau, namun, masih terdapat perdebatan terkait keberlanjutan dan dampak nyata dari langkah ini terhadap lingkungan.