Jakarta, Memo
Akibat dari pandemi COVID-19 ini, banyak kebiasaan-kebiasaan yang banyak berubah di lingkungan kita. Salah satu contohnya ada pada sistem berbelanja. Dari yang sebelumnya membeli keperluan secara langsung mendatangi toko berpindah menjadi berbelanja secara online. Tidak hanya itu setelah sistem berbelanja berubah menjadi online, istilah pay later atau bisa juga disebut beli sekarang bayar nanti sudah menjadi tren pada saat ini.
Perusahaan perusahaan BNPL (Buy Now Pay Later) lebih diuntungkan dengan adanya peralihan dari belanja secara langsung ke belanja online selama pandemi COVID-19 ini di negara besar seperti Amerika Serikat dimana bantuan negara telah meningkatkan penjualan ritel. Selain di negara Amerika Serikat juga banyak negara negara besar lainnya.
Pendapat Jessica Friend tentang hal ini, “Saya lebih suka menggunakan sistem berbelanja saat ini, karena dengan menggunakan pay later saya dapat lebih mudah mendapatkan hal-hal yang saya inginkan sekaligus. Dan ketika saya ingin berbelanja secara royal,”
Para investor saat ini beranggapan bahwa pembeli akan menjauhi untuk berbelanja langsung datang ke toko karena kasus COVID-19 sekarang yang semakin betambah banyak di beberapa negara di seluruh dunia bahkan Indonesia sendiri. Sehingga hal tersebut sangat mudah untuk meningkatkan bisbis pada perusahaan BNPL.
Tetapi hal ini juga memiliki sisi negatif, dengan jumlah pelanggan yang membengkak ini dapat menimbulkan kemungkinan kredit macet pada beberapa pelanggan yang baru pertama kali menggunakan fitur tersebut. Andrew Mitchell dari Ophir Asset Management mengatakan bahwa masih banyak juga yang bergantung pada virus gelombang kedua dan pemerintah yang tetap meningkatkan permintaan.
Salah satu dari beberapa perusahaan kredit alternatif yang mendapat keuntungan pada kondisi saat ini yaitu perusahaan Afterpay, mereka dapat menawarkan pinjaman kecil, sebagian besar pinjaman tersebut untuk pembeli online, dan menghasilkan uang dengan membebankan pedagang komisi 4-6%.