Kontroversi melekat pada pernyataan Rocky Gerung yang mencetuskan polemik terkait kata-kata merendahkan, yang diduga ditujukan kepada Presiden Joko Widodo. Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) Yasonna H Laoly memberikan tanggapannya terhadap peristiwa ini, menghubungkannya dengan unggahan media sosial Rocky pada tahun 2020.
Dalam acara Sosialisasi UUD Nomor 1 Tahun 2023, Yasonna mengungkapkan dampak personal serta sosial dari pernyataan tersebut, dan niat sebenarnya yang mendasarinya.
Dampak Personal dan Sosial Kontroversi ‘Bajingan Tolol’ Menurut Menteri Yasonna
Menteri Hukum dan Hak Asasi Manusia (Menkumham) bernama Yasonna H Laoly memberikan tanggapan terhadap pernyataan Rocky Gerung yang menggunakan frasa ‘bajingan tolol’, yang diduga merupakan sindiran merendahkan terhadap Presiden Joko Widodo.
Yasonna juga mengacu kembali pada postingan Twitter Rocky Gerung pada tahun 2020. Ketika itu, Rocky memberikan komentar tentang keluarga Laoly.
“Dalam kenyataannya, saya dan masyarakat dari Nias telah melaporkan dirinya. Pernyataan ini dibuat olehnya pada tahun 2020, yang dia unggah di Twitter pada tanggal 30 Januari 2020,” ujar Yasonna setelah menghadiri acara Sosialisasi UUD Nomor 1 Tahun 2023 mengenai Hak Kebebasan dan Kewajiban Warga Negara ke-78 tahun 2023, yang berlangsung di Kuta, Kabupaten Badung, Bali, pada hari Rabu (9/8).
Yasonna mengakui bahwa dia pernah menjadi sasaran serangan pribadi dari Rocky Gerung, yang menghina keluarga Laoly dengan perbandingan seperti anjing, dengan cara menyusun ulang lirik lagu “Heli Guk guk”.
“Serangan ini bersifat pribadi. Saya memiliki seekor anjing kecil yang saya beri nama Laoly, dan dia suka bermain-main. Namanya adalah Harun. Laoly datang kemari dan berkata guk..guk,” lanjutnya.
“Bagi saya sebagai warga masyarakat Nias, ini adalah penghinaan yang sangat kasar. Dalam komunitas masyarakat Nias, terdapat keluarga bernama Laoly yang merasa sangat tersinggung. Beberapa daerah telah melaporkan hal ini. Inilah buktinya,” tambahnya.
Implikasi Sosial dan Kebijakan Menyikapi Ujaran Kontroversial: Pelajaran Berharga
Yasonna berencana untuk mengingatkan pihak kepolisian tentang laporan tersebut. Terlebih lagi, hal ini berkaitan dengan harga diri puluhan ribu warga Nias dan keluarga Laoly.
“Pada tahun 2020, kami telah melaporkannya dan beritanya pun telah ada. Saya belum mengetahui apakah laporan tersebut telah diikuti atau bagaimana tindakan dari pihak Kepolisian. Namun, sekarang saya akan mengikuti perkembangannya lagi. Ini bukan hanya masalah pribadi, melainkan juga menyangkut keluarga Laoly di Nias.
Hal ini berkaitan dengan puluhan ribu penduduk yang merupakan bagian dari keluarga Laoly dan juga di kampung kami. Mengaitkan seseorang dengan anjing merupakan sindiran yang sangat kasar. Kami menolak hal tersebut,” paparnya.
Menurut Yasonna, pernyataan Rocky Gerung terhadap Presiden Jokowi bukanlah kritik, melainkan lebih kepada serangan pribadi.
“Menurut pandangan saya, pernyataan yang dia sampaikan kepada Presiden sebenarnya bukanlah tujuannya untuk mengkritik,” tutupnya.
Dampak Pernyataan Rocky Gerung terhadap Marga Laoly: Tanggapan Menteri Yasonna H Laoly dan Implikasinya
Dalam tiga alinea yang membahas tanggapan Menteri Yasonna H Laoly terhadap pernyataan kontroversial Rocky Gerung, kita melihat sebuah perwujudan dari bagaimana penilaian terhadap kata-kata bisa berdampak jauh lebih dalam daripada sekadar retorika.
Peristiwa ini mempertegas pentingnya penghormatan terhadap individu dan kelompok, serta kebijakan dalam menghadapi situasi serupa di masa mendatang. Implikasi sosial yang dihasilkan dari insiden ini menjadi cerminan mengenai betapa kuatnya dampak dari ucapan pada esensi sebuah komunitas, termasuk penghargaan terhadap identitas budaya.
Jika tidak dielaborasi dan diselesaikan dengan bijak, pernyataan semacam ini berpotensi merusak hubungan antarwarga dan mengganggu harmoni sosial.
Oleh karena itu, tanggapan tegas dan strategi penanganan yang tepat dari pemerintah menjadi sangat penting guna menjaga integritas masyarakat dalam menghadapi perbedaan pendapat, serta memberikan pandangan yang lebih luas tentang pentingnya penghormatan dan dialog dalam konteks demokrasi yang semakin kompleks.