Bukan hanya Volozh, beberapa tokoh berpengaruh dari kalangan atas di Rusia juga secara terang-terangan menentang langkah-langkah yang diambil oleh Presiden Rusia, Vladimir Putin, terkait invasi dan pendudukan terhadap Ukraina.
Salah satu contohnya adalah Pavel Durov, seorang miliarder teknologi asal Rusia yang saat ini tinggal di Dubai dan menjabat sebagai CEO Telegram.
Durov dengan jelas menyatakan komitmennya untuk menjaga privasi pengguna dari Ukraina. Meskipun begitu, ia masih merasa perlu untuk tidak secara eksplisit mengutuk tindakan invasi yang dilakukan oleh Rusia ke Ukraina. Dalam pernyataannya pada bulan Maret 2022, Telegram mengungkapkan harapannya agar konflik ini segera berakhir dan perdamaian dapat tercapai.
Arkady Volozh, Pendiri Yandex dan Sikap Tegasnya: Menolak Invasi Rusia ke Ukraina
Dalam situasi yang penuh gejolak akibat invasi Rusia ke Ukraina, sikap tegas beberapa tokoh Rusia menunjukkan peran individual dalam menyuarakan penolakan atas tindakan tersebut. Arkady Volozh, salah satu pendiri Yandex, dengan tegas mengutuk invasi tersebut dan mengambil tanggung jawab atas reaksi negaranya.
Sikap serupa juga dipegang oleh tokoh lain seperti Pavel Durov, CEO Telegram, yang meskipun tidak secara eksplisit mengutuk invasi, menunjukkan komitmennya dalam menjaga privasi pengguna dari Ukraina. Peran tokoh-tokoh ini memberikan gambaran bahwa penolakan terhadap tindakan invasi adalah sikap individu yang merentang di berbagai lapisan masyarakat Rusia.
Keberanian mereka untuk mengutarakan pandangan pribadi dalam situasi sensitif ini patut diapresiasi, menggambarkan bahwa opini dan kepedulian individu dapat berdampak dalam konteks geopolitik yang kompleks.