Example floating
Example floating
Berita

Misteri Kenaikan Harga Beras: Penyebab Tersembunyi dan Dampaknya Terungkap!

×

Misteri Kenaikan Harga Beras: Penyebab Tersembunyi dan Dampaknya Terungkap!

Sebarkan artikel ini
Misteri Kenaikan Harga Beras: Penyebab Tersembunyi dan Dampaknya Terungkap!
Misteri Kenaikan Harga Beras: Penyebab Tersembunyi dan Dampaknya Terungkap!
Example 468x60

MEMO

Kenaikan harga gabah dan beras belakangan ini telah menarik perhatian Badan Pangan Nasional (Bapanas) sebagai akibat dari masuknya musim tanam gadu. Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas, Rahmi Widiriani, menjelaskan bahwa pergeseran siklus pertanaman padi memengaruhi harga gabah, yang pada musim gadu cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan musim rendeng atau panen raya.

Mas Dhito Lanjutkan

Berbagai faktor kompleks, termasuk produksi beras yang menurun, pengaruh El Nino, dan dinamika global, berkontribusi pada perubahan harga beras di pasaran.

Analisis Mendalam: Faktor-Faktor Utama di Balik Lonjakan Harga Gabah dan Beras

Badan Pangan Nasional (Bapanas) melaporkan bahwa kenaikan harga gabah dan beras belakangan ini dikarenakan sedang memasuki musim tanam gadu. Menurut Rahmi Widiriani, Direktur Distribusi dan Cadangan Pangan Bapanas, harga gabah di musim tanam gadu cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan musim rendeng atau panen raya seperti pada semester 1.

Rahmi menjelaskan bahwa saat ini kita berada dalam musim gadu, dan mengacu pada siklus pertanaman padi, harga gabah di musim ini memang lebih tinggi dibandingkan dengan saat musim rendeng atau musim hujan seperti pada semester pertama. Hal ini diungkapkan dalam wawancara dengan CNBC Indonesia pada Jumat (11/8/2023).

Selain itu, Rahmi juga menekankan bahwa dalam upaya untuk memperkuat cadangan beras pemerintah (CBP), pemerintah akan membeli gabah atau beras petani dengan menggunakan harga pembelian pemerintah (HPP) dan harga komersial.

Pada saat musim gadu, petani akan mendapatkan harga yang menguntungkan, karena kualitas gabah yang baik.

Rahmi menjelaskan, “Bulog dapat melakukan pembelian dengan mekanisme komersial sesuai dengan harga pasar. Ketersediaan sarana produksi seperti pupuk dan benih berada di tahap awal. Kementerian Pertanian telah merancang program-program unggulan untuk mendukung petani.”

Baca Juga  Kawanan Rampok Minmarket di Kota Kediri Diringkus, Miris Ada Yang Bersenjata Air Soft Gun

Pendapat serupa juga diungkapkan oleh Khudori, Pengamat Pertanian dari Asosiasi Ekonomi Politik Indonesia (AEPI). Ia menyatakan bahwa kenaikan harga beras yang terjadi baru-baru ini disebabkan oleh beberapa faktor, salah satunya adalah masuknya musim tanam gadu.

Khudori menjelaskan bahwa kenaikan harga gabah atau beras pada musim tanam gadu, yang terjadi sekitar bulan Juni-September, lebih normal dibandingkan dengan musim panen raya yang berlangsung pada bulan Februari-Mei. Meskipun begitu, ia tidak bisa mengabaikan fakta bahwa harga saat ini sudah jauh melampaui harga pokok penjualan (HPP).

Ia menambahkan, “HPP gabah kering panen (GKP) dari petani adalah sekitar Rp 5.000/kg. Namun, harga di pasaran sudah jauh melebihi HPP tersebut. Harganya rata-rata sudah mencapai lebih dari Rp 6.000/kg. Bahkan ada yang sudah mencapai Rp 7.000/kg. Ini adalah kenaikan yang sangat signifikan.”

Khudori juga menyoroti bahwa sulit untuk mengidentifikasi satu penyebab tunggal dari kenaikan ini. Namun, ia berpendapat bahwa kenaikan tersebut lebih disebabkan oleh gabungan beberapa faktor daripada satu faktor tunggal.

Pergeseran Siklus Pertanaman dan Pengaruh El Nino Memainkan Peran Besar

Pertama, siklus panen sedang berada dalam musim gadu, sehingga harga gabah atau beras cenderung lebih tinggi dibandingkan dengan musim panen raya. Faktor kedua adalah penurunan perkiraan produksi beras. “Penurunan perkiraan ini mengakibatkan ketidakseimbangan antara pasokan dan permintaan, yang pada akhirnya mendorong kenaikan harga,” ujarnya.

Berdasarkan data dari Kerangka Sampel Area BPS, produksi gabah kering giling (GKG) diproyeksikan sekitar 25,64 juta ton pada sembilan bulan pertama. Meskipun begitu, data untuk bulan Juli-September 2023 masih dalam bentuk proyeksi, dan jumlah tersebut mengalami penurunan dibandingkan dengan periode sembilan bulan pertama pada tahun 2022 yang mencapai 26,17 juta ton GKG.

Baca Juga  Kawanan Rampok Minmarket di Kota Kediri Diringkus, Miris Ada Yang Bersenjata Air Soft Gun

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.