Sejak lebih dari satu abad yang lalu, bangkai kapal Titanic ditemukan di dasar laut, namun tidak ada jejak manusia yang ditemukan di dalamnya. Fakta ini diakui oleh sutradara film Titanic, James Cameron, yang telah melakukan 33 kali eksplorasi pada kapal tersebut.
“Saya tidak pernah melihat sisa-sisa manusia. Yang kami temui hanyalah pakaian dan sepasang sepatu yang mengindikasikan adanya mayat di situ. Tetapi, kami belum pernah menemukan tubuh manusia,” ungkapnya dalam wawancara dengan New York Times pada tahun 2012.
Ketidakmampuan menemukan mayat manusia di dalam kapal Titanic menciptakan berbagai teori konspirasi. IFL Science memberikan beberapa alasan terkait fenomena ini.
Salah satu penjelasan adalah bahwa jaket pelampung yang digunakan oleh penumpang dan kru kapal tidak dapat menjaga mereka selama yang diperlukan. Sehingga, setelah meninggal, mayat mereka tetap mengapung di permukaan air.
Selain itu, badai yang terjadi setelah kapal tenggelam mungkin menyapu mayat-mayat tersebut dari lokasi awalnya. Arus laut juga dianggap sebagai penyebab ketidakmampuan menemukan mayat, yang mungkin berada jauh dari lokasi kejadian selama beberapa abad mendatang, seperti yang dilaporkan pada Jumat, 12 Januari 2024.
Penyebab lain dari absennya mayat manusia mungkin juga melibatkan aktivitas ikan dan organisme laut di perairan Samudera Atlantik. Peran makhluk-makhluk ini mungkin menyebabkan hilangnya jejak tulang belulang di dalam kapal Titanic.
Robert Ballard, seorang penjelajah laut, menjelaskan, “Pada kedalaman di bawah 914 meter, Anda berada di bagian yang disebut kedalaman kompensasi kalsium karbonat. Dan air di laut dalam mengandung kalsium karbonat yang sebagian besar terbuat dari tulang.” Ia menambahkan, “Contohnya, Titanic dan Bismarck, kapal-kapal tersebut berada di bawah kedalaman kompensasi kalsium karbonat, sehingga ketika ikan dan organisme memakan dagingnya, tulangnya akan hancur.”
Mengurai Misteri Titanic: Faktor-Faktor Alamiah yang Menyelimuti Hilangnya Jejak Manusia di Dasar Laut
Dalam menggali misteri hilangnya jejak manusia di kapal Titanic, beberapa faktor alamiah seperti ketidakmampuan jaket pelampung dan pengaruh badai setelah tenggelam memegang peranan signifikan.
Namun, kehadiran ikan dan organisme laut di Samudera Atlantik turut berkontribusi pada absennya tulang belulang. Penjelajah laut terkenal, Robert Ballard, menjelaskan tentang kedalaman kompensasi kalsium karbonat yang mungkin menjadi kunci pemahaman.
Kapal-kapal seperti Titanic dan Bismarck, yang berada di bawah kedalaman ini, menjelaskan mengapa mayat manusia sulit ditemukan, sebab tulang-tulang mereka dapat hancur oleh makhluk laut. Dengan merinci faktor-faktor ini, kita semakin mendekati pemahaman yang lebih utuh tentang misteri tragis di dasar laut.