MEMO, Garut: Dalam menghadapi ancaman kekeringan yang semakin meningkat akibat musim kemarau, kerjasama antara pemerintah dan masyarakat menjadi kunci utama dalam menjaga kelestarian kawasan hutan.
Hal ini disampaikan oleh Hamzah Fauzi, seorang petani kopi “Sunda Hejo” asal Kadungora, Garut, yang juga aktif sebagai pegiat lingkungan.
Melalui kegiatan reboisasi dan pengelolaan sumber air yang berkelanjutan, pihaknya telah berupaya mempertahankan keberlanjutan lingkungan dengan harapan dapat mengatasi masalah kekeringan yang sering terjadi.
Namun, untuk mencapai hasil yang optimal, diperlukan komitmen bersama dalam mengamankan hutan dan memperbaiki kondisi infrastruktur irigasi.
Membangun Kesepakatan Bersama: Pemerintah dan Masyarakat dalam Mengamankan Sumber Mata Air dari Kawasan Hutan
Guna mengantisipasi kemungkinan terjadinya kekeringan akibat musim kemarau, diperlukan kerjasama yang melibatkan pemerintah dan semua pihak dalam menjaga kelestarian kawasan hutan.
Sebagai seorang petani kopi “Sunda Hejo” dari Kadungora, Garut, Hamzah Fauzi juga merupakan seorang aktivis lingkungan.
Ia menyatakan bahwa hingga saat ini, dirinya masih aktif dalam menggalakkan kegiatan yang berbasis lingkungan, seperti melakukan reboisasi di kawasan hutan.
Peran Pemerintah dan Masyarakat: Klasifikasi Lahan dan Reboisasi untuk Kelestarian Lingkungan
“Kita perlu adanya komitmen bersama antara pemerintah dan masyarakat, terutama petani atau aktivis lingkungan, terkait pengklasifikasian lahan, termasuk kawasan hijau, kawasan penyerapan air, dan lahan hutan yang akan digunakan untuk reboisasi,” ujar Hamzah Fauzi pada hari Jumat (23/6/2023).
Ia menekankan bahwa air yang dieksploitasi oleh perusahaan Badan Usaha Milik Daerah (BUMD), seperti PDAM, serta penggunaan sumber mata air, termasuk sumur-sumur tradisional oleh masyarakat dan pemerintah, sebagian besar berasal dari kawasan hutan.
“Untuk menjaga ketersediaan sumber air, diperlukan kesepakatan bersama dalam menjaga kelestarian hutan,” tambahnya.