Example floating
Example floating
EKONOMI

Makan Siang Gratis: Infrastruktur Sosial atau Bantuan Sosial?

×

Makan Siang Gratis: Infrastruktur Sosial atau Bantuan Sosial?

Sebarkan artikel ini
Makan Siang Gratis: Infrastruktur Sosial atau Bantuan Sosial?
Makan Siang Gratis: Infrastruktur Sosial atau Bantuan Sosial?
Example 468x60

MEMO

Program makan siang gratis sebagai bagian dari infrastruktur sosial menuju Indonesia Emas 2045 menjadi fokus perdebatan Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka. Namun, perspektif ahli menyoroti perbedaan antara konsep infrastruktur sosial dan bantuan sosial dalam konteks program ini.

Mas Dhito Lanjutkan

Skandal Politik! Gibran Klaim Makan Siang Gratis Ubah Indonesia?

Cawapres nomor urut 2, Gibran Rakabuming Raka, mengklaim bahwa program makan siang gratis yang dia usulkan adalah bagian dari infrastruktur sosial yang akan membawa Indonesia menuju Indonesia Emas pada 2045.

Pada Debat Cawapres Pilpres 2024, ia mengatakan bahwa anggaran sebesar Rp400 triliun akan dialokasikan untuk program ini.

Namun, banyak yang mengecam program tersebut, meskipun tujuannya sebenarnya adalah untuk meningkatkan kualitas sumber daya manusia.

Gibran yakin bahwa program makan siang gratis tidak hanya akan meningkatkan kualitas sumber daya manusia, tetapi juga akan memberikan efek ganda. Menurutnya, anggaran besar tersebut akan memberikan dampak positif bagi warung tegal (warteg) hingga penyedia layanan katering di berbagai daerah.

“Ini akan memberikan dorongan bagi warteg dan penyedia katering di berbagai daerah. Bayangkan Rp400 triliun mengalir ke berbagai daerah. Semua orang akan ikut memasak makan siang untuk anak-anak. Itulah yang saya maksud sebagai infrastruktur sosial yang merupakan investasi menuju Indonesia emas,” ungkapnya.

Namun, apakah benar makan siang gratis dapat dianggap sebagai bagian dari infrastruktur sosial?

Kontroversi Cawapres Nomor Urut 2 Terkait Program Sosial

Menurut Ekonom dari Center of Reform on Economics (CORE), Akhmad Susamto, program makan siang gratis sebenarnya bukanlah infrastruktur sosial. Ia menjelaskan bahwa infrastruktur sosial dapat dibagi menjadi empat konteks yang berbeda.

Pertama, infrastruktur sosial dapat berhubungan dengan manusia sebagai bagian dari infrastruktur. Dalam konteks kota-kota di Selatan Global, hubungan antar manusia dan dukungan yang mereka berikan satu sama lain dapat dianggap sebagai infrastruktur.

Kedua, sosialitas yang berkembang di sekitar infrastruktur fisik. Konsep ini mengacu pada hubungan sosial yang kompleks di sekitar infrastruktur fisik seperti air, sanitasi, dan energi yang mendukung kerja jaringan teknologi yang sebaliknya rapuh.

Ketiga, infrastruktur perawatan sosial. Ini meliputi layanan yang tersedia di kota untuk menyediakan kesehatan, pendidikan, dan perawatan sosial.

Tinggalkan Balasan

Situs ini menggunakan Akismet untuk mengurangi spam. Pelajari bagaimana data komentar Anda diproses.