Pelatihan Prakerja bantu seorang Mahasiswi dari Maluku Bbuka Bisnis Sendiri, Setelah Mengikuti Pelatihan Kerja. Indonesia saat ini telah memasuki masa puncak bonus demografi, sebuah keadaan di mana terdapat lebih banyak penduduk usia produktif dibandingkan mereka yang tidak produktif.
Dalam unggahan di media sosial pada awal November lalu, Presiden Joko Widodo menekankan bahwa bonus demografi yang dimiliki Indonesia bukanlah beban, tapi kekuatan untuk membangun bangsa.
Jumlah penduduk yang didominasi oleh anak-anak muda usia produktif serta daya beli masyarakat yang terus meningkat akan menjadi motor penggerak ekonomi nasional untuk Indonesia menghadapi kompetisi global.
Namun, untuk menuju Indonesia Emas 2045 diperlukan generasi muda yang produktif dan memiliki daya saing dengan kemampuan yang relevan akan kebutuhan industri demi menghadapi persaingan, baik di tingkat nasional maupun global.
Hadirnya Program Kartu Prakerja pada April 2020 menjadi salah satu jalan untuk meningkatkan keterampilan kerja bagi angkatan kerja di seluruh Indonesia, yang didominasi usia muda.
Dari kota besar sampai dengan kepulauan, semua memiliki kesempatan untuk mendapatkan program itu.
Sitti Rabiah, dari Ternate, Maluku Utara, merupakan salah satu penerima Program Kartu Prakerja yang mendapatkan manfaat dari program tersebut setelah diterima di Gelombang 2 pada 2020.
Ditemui ANTARA di Bali pada Senin (14/11), ia menceritakan awal mula mengikuti Kartu Prakerja dimulai ketika dirinya gagal lolos Seleksi Bersama Masuk Perguruan Tinggi Negeri (SBMPTN) pada 2019.
Melihat kondisinya yang menganggur, teman dari sang ibunda kemudian menyarankan Sitti untuk mengikuti Kartu Prakerja di awal pandemi. Dengan harapan untuk meningkatkan kompetensi sambil menunggu kesempatan untuk masuk perguruan tinggi.
Untuk pelatihan awal, perempuan berusia 21 tahun itu kemudian memilih materi berjualan melalui media sosial. Beberapa isi pelatihan ia dapatkan, termasuk membuat konten yang menarik dan membuat pelanggan membeli produk melalui media sosial.
Mahasiswi Universitas Khairun (Unkhair) di Ternate itu kemudian melakukan analisa produk yang dijual melalui media sosial, sebelum akhirnya memutuskan untuk mencoba berjualan produk perawatan kulit atau skincare.
Dia berinisiatif menghubungi penjual untuk menjadi reseller bagi produk serum dan masker organik yang dikirim dari beberapa kota besar untuk dijual kembali di Ternate.
Menggunakan insentif dari Kartu Prakerja sebagai modal awal, dia berhasil menjual belasan masker dan serum yang kemudian menghasilkan pendapatan Rp500.000 dalam penjualan pertama.
Kebanyakan pesanan dilakukan melalui media sosial mengikuti tren skincare yang tengah viral dan menjadi pembicaraan.
Berbekal pengalaman di awal, Sitti kemudian mencoba melakukan diversifikasi produk, yaitu berjualan es cincau dan keripik balado yang dilakukan melalui media sosial dan aplikasi pesan.
Pemasaran dan penjualan dilakukan melalui media sosial Facebook, Instagram dan WhatsApp, beberapa jenis aplikasi yang banyak digunakan oleh masyarakat di Ternate.