Surabaya, Memo.co.id
Matahari siang tadi menjadi saksi tangis haru para perwira remaja TNI dan Polri yang baru saja dilantik Presiden Jokowi di Istana Merdeka. Seorang pemuda gagah berseragam putih bersujud mencium kaki ibundanya di barisan depan 729 perwira remaja yang dilantik.
Terlihat sang ibu perlahan menitikkan air mata dan kemudian mempersilakan anaknya berdiri. Mata pemuda itu masih sembap. Sembari mengusap air mata, dia kemudian memakai topinya.
Di dada kanan pemuda itu tertulis nama Satya PD dengan tanda pangkat letnan dua di kedua pundaknya. Suasana penuh haru juga menyelimuti keriuhan lulusan perwira remaja TNI/Polri lainnya.
“Perasaan saya setelah dilantik oleh Bapak Presiden Jokowi sangat bangga. Apalagi pertama kali untuk leting kami di Istana Negara, itu sangat membanggakan sekali buat kami seleting,” ungkap Satya saat diwawancara, Selasa (25/7/2017).
Satya mengaku makin bangga pelantikan itu bisa dihadiri ibundanya, Srimami Khoirunikmah. Di mata Satya, sang ibu adalah orang hebat karena bisa membuat anaknya lulus akademi TNI AL meski menjadi orang tua tunggal (single parent).
Ayah Satya sudah meninggal beberapa tahun lalu. Sejak kepergian ayahnya, Satya sempat bekerja serabutan sebelum akhirnya diterima di Akademi Angkatan Laut (AAL).
“Sempat kerja menjadi tukang koran dan menjadi SPG di suatu swalayan Carrefour, 2 tahun. Tiga kali saya mendaftar, tiga kali baru lulus,” kata Satya, yang berasal dari Surabaya.
Sulung dari tiga bersaudara itu juga pernah bekerja di sebuah katering. Semua dia lakoni demi bisa membantu ibunya.
Tekad Satya sudah bulat untuk mendaftar ke AAL sejak lulus dari SMA Kartika 43 Surabaya. Setelah 3 kali ditolak, akhirnya cita-cita dia terkabul pada tahun berikutnya.
Hari ini saja, Satya masih tak percaya bisa berada di satu lapangan dengan Presiden Jokowi untuk dilantik. Bagi dia, rasanya itu hampir tidak mungkin.
“Rasanya seperti tidak mungkin aja. Karena dengan hanya satu orang tua saja bisa membesarkan menjadi seorang perwira. Beda dengan yang lain, yang ortu-nya masih lengkap, masih ada bapak dan ibu, bisa sama-sama melihat anaknya dilantik,” ungkap Satya.
Itu sebabnya, Satya tak segan-segan mencium kaki ibunya pada hari kelulusan ini. ‘Ritual’ itu sudah lama dia lakukan.
“Itu tradisi yang tiap hari saya lakukan saat mau balik pesiar. Waktu saya menjadi taruna. Karena, dengan sujud syukur dan mencium kaki ibu saya, itu memberi motivasi dan sugesti kepada diri saya untuk menjadi lebih baik ke depannya,” ujar Satya. (ed )