Example floating
Example floating
Abata

Lebih dari Sekadar Tradisi, Inilah Warisan Budaya Sarat Filosofi

Avatar
×

Lebih dari Sekadar Tradisi, Inilah Warisan Budaya Sarat Filosofi

Sebarkan artikel ini
Example 468x60

MEMO – Lebaran Ketupat, sebuah tradisi unik yang masih hidup dan berkembang di berbagai penjuru Nusantara. Perayaan yang umumnya dirayakan sepekan setelah Hari Raya Idulfitri ini, menjadi penanda kesempurnaan ibadah setelah umat Muslim menunaikan ibadah puasa Syawal selama enam hari.

Menurut Ketua Umum Keluarga Alumni Sejarah Universitas Gadjah Mada (Kasagama), Wahjudi Djaja, tradisi Lebaran Ketupat memiliki akar sejarah yang panjang, bahkan telah ada sejak abad ke-15. “Lebaran Ketupat merupakan wujud perpaduan harmonis antara nilai-nilai Islam dengan kearifan lokal yang diperkenalkan oleh Sunan Kalijaga sebagai salah satu metode penyebaran agama Islam di tanah Jawa,” jelasnya dalam sebuah wawancara bersama Pro3 RRI, Jumat (4/4/2025).

Lebih lanjut, Wahjudi Djaja menguraikan bahwa ketupat bukan hanya sekadar hidangan istimewa yang disantap bersama keluarga, melainkan juga mengandung makna filosofis yang mendalam. Beliau menjelaskan bahwa kata “kupat” memiliki keterkaitan erat dengan istilah dalam bahasa Jawa, yaitu “ngaku lepat” yang memiliki arti mengakui kesalahan, serta “laku papat” yang merujuk pada empat tahapan spiritual yang idealnya dilalui oleh seorang Muslim setelah bulan suci Ramadhan.

Keempat tahapan spiritual tersebut meliputi “lebar,” yang menandakan berakhirnya bulan suci Ramadhan dengan segala kewajiban puasanya, serta “lebur,” yaitu proses melebur dosa dan kesalahan melalui tradisi saling memaafkan antar sesama. Kemudian, terdapat “labur” yang melambangkan upaya penyucian diri setelah menjalani ibadah Ramadhan, dan yang terakhir adalah “luber,” yang mengandung harapan akan limpahan keberkahan rezeki setelah bulan Ramadhan usai.

Baca Juga  Libur Lebaran Usai, Sungai di Bekasi Kembali Jadi Tempat Sampah Raksasa