Example floating
Example floating
Berita-PeristiwaMetropolis

Kritik Pembelian Jet Tempur Mirage 2000-5 Bekas Qatar: Usia Pemakaian Pendek dan Biaya Perawatan yang Tidak Murah

Avatar
×

Kritik Pembelian Jet Tempur Mirage 2000-5 Bekas Qatar: Usia Pemakaian Pendek dan Biaya Perawatan yang Tidak Murah

Sebarkan artikel ini
Kritik Pembelian Jet Tempur Mirage 2000-5 Bekas Qatar Usia Pemakaian Pendek dan Biaya Perawatan yang Tidak Murah
Example 468x60

MEMO, Jakarta: Keputusan pembelian satu skuadron atau 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 bekas dari Qatar oleh Kementerian Pertahanan (Kemhan) menuai kritik dari anggota Komisi I DPR, Mayjen TNI (p) TB Hasanuddin.

Kritik tersebut berkaitan dengan usia pemakaian pesawat yang relatif pendek dan biaya perawatan yang tinggi.

Mirage 2000-5 ini dibeli oleh AU Qatar dari Prancis pada akhir 1980-an, artinya usianya sudah mencapai tiga dekade dengan sisa umur penggunaan hanya 10 tahun.

Hasanuddin mengungkapkan bahwa biaya perawatan pesawat tempur tidak murah, terlebih lagi dengan pesawat yang usianya tua. Dalam konteks ini, muncul pertanyaan apakah anggaran sudah siap untuk menghadapi tantangan tersebut.

Keterbatasan Usia Mirage 2000-5 Bekas Qatar: Dampaknya terhadap Kesiapan Tempur TNI AU

Anggota Komisi I DPR, Mayjen TNI (p) TB Hasanuddin, mengkritik pembelian satu skuadron atau 12 unit jet tempur Mirage 2000-5 dari Qatar. Kritik ini berkaitan dengan usia sisa pemakaian pesawat yang relatif pendek.

Selain itu, pengadaan pesawat tempur ini menghabiskan biaya sebesar USD 792 juta atau setara hampir Rp12 triliun. Pesawat-pesawat tersebut diharapkan tiba dalam jangka waktu maksimal 24 bulan atau dua tahun.

“Pesawat Mirage 2000-5 ini dibeli oleh AU Qatar dari Prancis pada akhir 1980-an. Artinya, pesawat ini sudah berusia tiga dekade dan hanya tersisa 10 tahun lagi untuk penggunaannya,” kata Hasanuddin kepada media pada Kamis (22/6/2023).

Politisi dari Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan ini mengungkapkan bahwa pesawat bekas hanya akan mendapatkan dukungan servis selama tiga tahun awal setelah dibeli oleh Indonesia. Setelah itu, biaya perawatan yang harus dikeluarkan akan sangat besar.

“Biaya perawatan pesawat tempur tidak murah, apalagi jika pesawat tersebut sudah tua. Apakah anggaran kita sudah siap?” ujarnya.

Potensi Keuntungan: Mengapa Jet Tempur Baru Lebih Optimal daripada Mirage 2000-5 Bekas Qatar?

Hasanuddin menyarankan agar daripada membeli pesawat bekas, lebih baik membeli pesawat baru. Jika dihitung, harga per unit Mirage 2000-5 bekas Qatar yang dibeli sekitar USD 66 juta per unit.

Baca Juga  NTT Masih Dilanda Hujan Lebat! BMKG Ingatkan Potensi Bencana

“Jika kita melihat harga jet tempur baru di pasar global, kisarannya mulai dari USD 67 juta hingga USD 135 juta,” ungkap Hasanuddin. Misalnya, Super Hornet (USD 67 juta per unit), F35A (USD 77 juta per unit), Gripen (USD 85 juta per unit), atau F-15 EX (USD 87 juta per unit).

Dengan anggaran USD 792 juta yang dialokasikan oleh Kementerian Pertahanan untuk membeli Mirage 2000-5, menurut Hasanuddin, Indonesia sebenarnya bisa mendapatkan hampir satu skuadron jet tempur F-35A, SAAB Gripen, atau F-15 EX yang baru. Pesawat-pesawat baru tersebut memiliki usia pakai yang lebih panjang hingga 40 tahun dan jaminan servis suku cadang yang lebih meyakinkan.

“Atau jika memungkinkan, dengan menambahkan USD 150 juta, kita bisa mendapatkan satu skuadron penuh jet tempur F-35A, SAAB Gripen, atau F-15 EX yang baru. Dengan begitu, kita akan memiliki kekuatan yang lebih besar di ruang udara nasional dalam jangka panjang,” ucap Hasanuddin.

Kementerian Pertahanan (Kemhan) membeli pesawat tempur bekas dari Angkatan Udara Qatar, yaitu Mirage 2000-5. Kemhan menyebutkan bahwa pembelian ini dilakukan sebagai upaya untuk mencegah penurunan kesiapan tempur TNI Angkatan Udara.

Hal ini terkait dengan beberapa jet tempur yang telah mencapai masa pakai maksimal. Beberapa pesawat tempur TNI AU, seperti F-5 Tiger dan Hawk 100/200, sudah mencapai masa pakai maksimalnya.

Oleh karena itu, Kemhan berencana melakukan peremajaan (upgrade) dan perbaikan (overhaul/repair) pada beberapa pesawat tempur TNI AU, seperti SU-27/30, Hawk 100/200, dan F-16.

“Namun, pelaksanaan upgrade dan overhaul/repair pesawat tersebut akan menyebabkan penurunan kesiapan pesawat tempur TNI AU,” kata Kepala Biro Hubungan Masyarakat Sekretariat Jenderal Kemhan, Brigjen TNI Edwin Adrian Sumantha.

Dia menjelaskan bahwa Pemerintah Indonesia juga telah membeli pesawat tempur baru, seperti Dassault Rafale dan F-15 Super Eagle.

Baca Juga  Gaji Terkatung-katung, Pekerja Sritex Jerit ke DPR

Tiga unit Rafale pertama dijadwalkan tiba di Indonesia pada Januari 2026, sesuai dengan kontrak pembelian.

Sementara itu, proses pembelian F-15 Super Eagle masih dalam tahap pembahasan surat penawaran (letter of offer and acceptance) dari Pemerintah Amerika Serikat. Pembelian F-15 dilakukan melalui skema foreign military sales (FMS).

Alasan Kemhan Republik Indonesia melakukan pengadaan pesawat Mirage 2000-5 bekas dari Angkatan Udara Qatar adalah karena Indonesia membutuhkan pesawat tempur yang dapat segera dikirim untuk menutupi penurunan kesiapan tempur TNI Angkatan Udara, yang disebabkan oleh banyaknya pesawat tempur yang sudah mencapai masa pakainya, banyaknya pesawat yang akan melakukan upgrade, overhaul/repair, serta lamanya proses pengiriman pesawat baru.

Dia menegaskan bahwa pembelian Mirage 2000-5 merupakan langkah yang tepat untuk memenuhi kesiapan tempur TNI Angkatan Udara. Indonesia telah membeli 12 unit Mirage 2000-5 beserta perangkat pendukungnya dari Qatar dalam Kontrak Jual Beli Nomor TRAK/181/PLN/I/2023/AU yang ditandatangani pada 31 Januari 2023. Nilai pembelian pesawat tersebut sebesar 733 juta euro atau sekitar Rp11,83 triliun.

Pembelian jet tempur Mirage 2000-5 bekas Qatar oleh Kemhan menimbulkan kontroversi terkait dengan usia pemakaian yang pendek dan biaya perawatan yang tinggi.

Sementara Kemhan berpendapat bahwa pembelian ini dilakukan untuk menjaga kesiapan tempur TNI AU, anggota Komisi I DPR, Mayjen TNI (p) TB Hasanuddin, mengkritisi keputusan ini dan lebih mendukung opsi pembelian jet tempur baru.

Dalam hal ini, harga per unit Mirage 2000-5 bekas Qatar sekitar USD 66 juta, sementara jet tempur baru di pasar global memiliki kisaran harga antara USD 67 juta hingga USD 135 juta.

Hasanuddin berpendapat bahwa dengan anggaran yang dialokasikan, Indonesia bisa membeli jet tempur baru seperti F-35A, SAAB Gripen, atau F-15 EX yang memiliki usia pakai yang lebih lama dan jaminan servis suku cadang yang lebih meyakinkan.