Ismail juga menambahkan bahwa klaster Pro Ganjar di pinggir klaster ini juga memberikan sentimen negatif yang tinggi. Kedua kubu tampaknya telah saling mendukung sejak debat kedua capres, dengan Anies menyerang Prabowo terkait kepemilikan lahan dan Ganjar memberikan kritik terhadap program dan visi misi Prabowo.
Selama periode yang sama, pendukung kedua capres juga rutin mengkritik pasangan nomor urut 2 dan ‘penguasa’ yang diduga mendukung pasangan ini. Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, berpendapat bahwa koalisi antara Ganjar dan Anies sangat mungkin terjadi jika pilpres berlangsung dua putaran.
Menurut Dedi, konflik antara Megawati dan kubu Prabowo dapat memperkuat koalisi ini, terutama dengan adanya Puan Maharani yang bisa menjadi mediator perdamaian. Selain itu, PKS dan PDIP, dua partai pendukung Anies dan Ganjar, tidak sepenuhnya berseberangan karena pada dasarnya, orientasi partai politik adalah mencari kekuasaan.
PKS dan PDIP memiliki pengalaman koalisi dalam pemilihan kepala daerah, sehingga tidak sulit bagi mereka untuk berkoalisi dalam Pilpres 2024.
Dampak Kolaborasi Positif di Twitter: Tantangan Sentimen Negatif Bagi Prabowo dalam Persaingan Capres 2024
Dalam suasana politik yang semakin intens, kolaborasi antara Anies dan Ganjar dapat menjadi faktor penting dalam dinamika Pilpres 2024. Meskipun perbedaan program dan visi misi, keduanya mampu saling mendukung, meningkatkan sentimen positif, sementara Prabowo menghadapi tantangan untuk membalikkan sentimen negatifnya.
Sebagai hasil dari analisis ini, keterlibatan aktif pendukung di media sosial dan dinamika kolaborasi dapat menjadi faktor penentu dalam perjalanan politik di masa mendatang.