
Pendukung calon presiden (capres) nomor urut 1 dan nomor urut 2 berhasil menciptakan kolaborasi positif di Twitter, menciptakan sentimen tinggi bagi kandidat mereka. Drone Emprit, lembaga analisis media sosial, mengungkapkan hasil analisis sentimen yang menarik selama debat capres.
Prabowo tercatat memiliki sentimen negatif tertinggi, sementara Anies dan Ganjar mendapatkan dukungan positif yang kuat. Bagaimana kolaborasi ini memengaruhi persepsi publik dan Prabowo? Simak kesimpulan artikel di bawah.
Prabowo Dikepung, Anies dan Ganjar Mendominasi
Para pendukung calon presiden (capres) nomor urut 1 dan nomor urut 2 tampaknya bekerja sama dengan sangat baik di Twitter, menciptakan sentimen positif yang tinggi bagi kandidat yang mereka dukung. Drone Emprit, sebuah lembaga analisis media sosial, melakukan analisis sentimen percakapan di Twitter selama debat terakhir capres, dan hasilnya menarik.
Dalam analisis sentimen tersebut, Prabowo tercatat memiliki jumlah sentimen negatif tertinggi dari netizen, mencapai 48 persen. Angka ini jauh melampaui sentimen negatif terhadap capres nomor urut 3, Ganjar Pranowo, yang hanya mencapai 14 persen, dan capres nomor urut 1, Anies Baswedan, dengan sentimen negatif sebesar 7 persen.
Demikian pula, sentimen positif terbanyak jatuh kepada Anies dengan persentase 86 persen, diikuti oleh Ganjar dengan 72 persen, dan Prabowo dengan 43 persen.
Ismail Fahmi, pendiri Drone Emprit, menunjukkan bahwa sentimen positif yang tinggi terhadap Anies mungkin disebabkan oleh kurangnya akun yang berpendapat negatif tentang Anies.
Sementara itu, analisis jaringan menunjukkan bahwa percakapan tentang Ganjar dibangun oleh sebuah klaster besar dengan sentimen positif. Klaster ini terdiri dari pendukung Pro Anies, kalangan Netral, dan klaster Pro Ganjar. Ismail menjelaskan bahwa pendukung Anies dan Ganjar tidak menunjukkan rivalitas, tetapi malah saling mendukung, memberikan sentimen positif yang tinggi kepada Ganjar.
Kolaborasi Positif di Media Sosial dan Dampaknya pada Pilpres 2024
Kolaborasi positif antara kedua kubu ini tampaknya memberikan dampak negatif pada sentimen terhadap Prabowo, terutama karena kecilnya jumlah pendukung Prabowo yang aktif di Twitter. Ada satu klaster besar yang mayoritas memberikan sentimen negatif terhadap Prabowo, didominasi oleh akun Pro Anies dan Netral.
Ismail juga menambahkan bahwa klaster Pro Ganjar di pinggir klaster ini juga memberikan sentimen negatif yang tinggi. Kedua kubu tampaknya telah saling mendukung sejak debat kedua capres, dengan Anies menyerang Prabowo terkait kepemilikan lahan dan Ganjar memberikan kritik terhadap program dan visi misi Prabowo.
Selama periode yang sama, pendukung kedua capres juga rutin mengkritik pasangan nomor urut 2 dan ‘penguasa’ yang diduga mendukung pasangan ini. Direktur Eksekutif Indonesia Political Opinion (IPO), Dedi Kurnia Syah, berpendapat bahwa koalisi antara Ganjar dan Anies sangat mungkin terjadi jika pilpres berlangsung dua putaran.
Menurut Dedi, konflik antara Megawati dan kubu Prabowo dapat memperkuat koalisi ini, terutama dengan adanya Puan Maharani yang bisa menjadi mediator perdamaian. Selain itu, PKS dan PDIP, dua partai pendukung Anies dan Ganjar, tidak sepenuhnya berseberangan karena pada dasarnya, orientasi partai politik adalah mencari kekuasaan.
PKS dan PDIP memiliki pengalaman koalisi dalam pemilihan kepala daerah, sehingga tidak sulit bagi mereka untuk berkoalisi dalam Pilpres 2024.
Dampak Kolaborasi Positif di Twitter: Tantangan Sentimen Negatif Bagi Prabowo dalam Persaingan Capres 2024
Dalam suasana politik yang semakin intens, kolaborasi antara Anies dan Ganjar dapat menjadi faktor penting dalam dinamika Pilpres 2024. Meskipun perbedaan program dan visi misi, keduanya mampu saling mendukung, meningkatkan sentimen positif, sementara Prabowo menghadapi tantangan untuk membalikkan sentimen negatifnya.
Sebagai hasil dari analisis ini, keterlibatan aktif pendukung di media sosial dan dinamika kolaborasi dapat menjadi faktor penentu dalam perjalanan politik di masa mendatang.