MEMO, Boyolali: Calon jemaah haji tertua dari Embarkasi Solo, Suminah, telah memulai perjalanan suci menuju Tanah Suci pada usia yang mengesankan, yaitu 103 tahun.
Dengan kebugaran yang luar biasa dan semangat yang membara, Suminah menjalani proses pemeriksaan kesehatan dan administrasi dengan sukses.
Ia menjadi inspirasi bagi banyak orang dengan mengungkapkan rahasia kesehatannya yang terjaga melalui pola makan sehat dan hidup tanpa obat-obatan.
Keberangkatannya yang tertunda akibat pandemi Covid-19 tidak menyurutkan niatnya untuk menunaikan ibadah haji.
Rahasia Kesehatan Suminah, Calhaj Tertua Embarkasi Solo: Pola Makan Nasi dan Sayuran
Suminah, seorang calon jemaah haji (calhaj) berusia 103 tahun dari Embarkasi Solo, menunjukkan kondisi yang sehat meskipun usianya telah melampaui 100 tahun.
Saat turun dari bus di Asrama Haji Donohudan Boyolali pada hari Selasa (20/6/2023), Mbah Suminah terlihat bugar dan tidak memerlukan bantuan kursi roda.
Hendro Tanoko, Ketua Rombongan 4 kloter 90, membantunya berjalan sambil menggandengnya. Dengan senyum dan kegembiraan, Suminah bahkan sesekali melemparkan senyum kepada awak media.
Profil Mbah Suminah: Calhaj 103 Tahun yang Bersiap dengan Baik untuk Menunaikan Ibadah Haji
“Alhamdulillah, saya sangat senang bisa berangkat haji,” ucap Suminah sambil menjalani pemeriksaan kesehatan dan administrasi di Gedung Jeddah Asrama Haji Donohudan Boyolali pada pagi hari.
Suminah mengungkapkan bahwa dirinya masih dalam kondisi yang sangat sehat untuk menjalankan rukun Islam yang kelima. Ia memutuskan untuk pergi haji sendiri tanpa didampingi oleh anggota keluarga.
Menurutnya, kesehatannya terjaga karena pola makan yang sehat, yaitu hanya makan nasi dan sayuran.
“Saya hanya makan nasi dan sayuran, itu makanan sehat. Saya tidak mengonsumsi obat atau jamu, hanya dari saran dokter saja,” ungkapnya.
Sebagai seorang jemaah yang masuk kloter 90 yang terdiri dari Kabupaten Kudus dan Rembang, Suminah mendaftar untuk haji sejak tahun 2015. Untuk membiayai pendaftaran dan pelunasan haji, ia menjual empat ekor lembu piaraannya.
“Saya menjual dua ekor lembu dengan harga masing-masing Rp 17 juta dan Rp 15 juta untuk biaya pendaftaran. Saya juga menjual sisa lembu untuk persiapan berangkat,” ceritanya.