Mantan Gubernur Jawa Barat, Ridwan Kamil, sedang menjadi perbincangan hangat saat ini. Kehadirannya yang dekat dengan kedua calon presiden, yakni Prabowo Subianto dan Ganjar Pranowo, telah menimbulkan banyak spekulasi.

Pada malam Rabu yang lalu, Ridwan Kamil terlihat makan malam bersama dengan Calon Presiden Prabowo Subianto. Sebelumnya, ia juga telah bertemu dengan Ketua Umum PDIP, Megawati Soekarnoputri. Megawati kabarnya menawarkan kepada Ridwan Kamil untuk menjadi bakal Calon Wakil Presiden (Cawapres) dari Ganjar Pranowo. Muncul pertanyaan, apakah Ridwan Kamil akan memilih untuk menjadi Cawapres Prabowo atau Ganjar Pranowo?

Saat ini, Ridwan Kamil masih aktif sebagai kader Partai Golkar dan menjabat sebagai Wakil Ketua Umum Golkar Bidang Penggalangan Pemilih dan Co-Chair Badan Pemenangan Pemilu Golkar. Golkar adalah partai yang mendukung Prabowo sebagai Calon Presiden, bersama dengan PAN dan Partai Gelora.

Wakil Ketua Umum Partai Golkar, Melchias Markus Mekeng, berpendapat bahwa Ridwan Kamil lebih cocok berpasangan dengan Ganjar Pranowo. Ia mengungkapkan bahwa pasangan Ganjar-Ridwan Kamil akan saling menguntungkan dalam hal elektabilitas.

Menurut Mekeng, “Dia (Kamil) adalah tokoh Jawa Barat. Artinya, dia memiliki dapil (daerah pemilihan) yang jelas. Pak Ganjar memiliki dapil di Jateng. RK memiliki dapil Jabar. Jadi, dari segi pertimbangan politik, ini sangat menguntungkan,” ujar Mekeng pada Kamis (14/9/2023).

Analisis Kebijakan Pilihan dan Dampaknya di Pilpres 2024

Selain itu, Mekeng menunjukkan bahwa Ridwan Kamil telah bertemu dengan Megawati. Menurutnya, pertemuan Megawati dengan Ridwan Kamil adalah indikasi kuat bahwa mantan Gubernur Jawa Barat tersebut akan dipilih untuk mendampingi Ganjar.

Mekeng menganggap peluang bagi Ridwan Kamil untuk berpasangan dengan Prabowo Subianto cukup kecil. Menurutnya, Prabowo dan Ridwan Kamil memiliki basis massa pendukung yang sama, sehingga tidak ada kebutuhan untuk menambahnya.

Mekeng juga membuka kemungkinan bahwa Golkar akan keluar dari Koalisi Indonesia Maju (KIM) jika Ketua Umum Golkar, Airlangga Hartarto, tidak dipilih sebagai Cawapres Prabowo. Ia berpendapat bahwa Golkar harus mengambil sikap yang rasional dalam Pilpres 2024 jika ada kader lain yang berpotensi untuk maju sebagai calon wakil presiden. Ia menekankan bahwa Golkar adalah partai politik dengan kekuatan besar.